Vaksin Bingung, Putus Asa dan Kesombongan

Kemarin sore sementara saya sedang final checking renungan berjudul Pengalaman Sungai Kerit, sebelum saya serahkan ke istri saya untuk final editing sebelum diupload ke website kami, ada foto yang dikirim teman ke hp saya yang mengabarkan rumah yang dia bangun telah selesai. Isi WA-nya bisa dibaca di screenshot di bawah. Dan dari WA itu, saya tergerak untuk menulis renungan tentang nubuat, agar kita tahu dan bisa mendudukkan nubuat secara proporsional dalam hidup kita. Karena nubuat adalah satu satu karunia penting yang bisa membangun dan bisa menghancurkan banyak kehidupan. Karunia ini bisa disalah gunakan untuk mengendalikan hidup orang, merampok kekayaan orang dengan halus atas nama Tuhan. Banyak juga yang belum dewasa dalam karunia ini dan membuat banyak kerusakan dan kekacauan.

Ada macam–macam jenis teman dalam dunia ini, ada teman yang cuma ingat kita dan cari kita waktu dia susah dan butuh. Jenis ini umumnya waktu TK juara nyanyi potong bebek angsa, yang waktu senang ke sana, susah ke sini. Ada teman yang jadi parasit, cuma menguntungkan dia saja, dan kita rugi terus. Contoh kalau makan bareng tidak pernah mau giliran bayar, maunya dibayari terus sampai Tuhan datang. Dia mengimani dirinya sebagai orang yang diberkati, jadi berharap gratisan terus. Ada teman hanya boleh jadi sebatas teman, tidak boleh jadi partner kerja apalagi partner bisnis. Karena dia hidup dengan prinsip hopeng ciak kuping. Ada teman yang bisa saling mengingatkan dan membangun.

Teman ini saya kenal sudah sekitar 15an tahun, dan beberapa kali saya sampaikan teguran Tuhan tentang ajaran yang dia sedang gandrungi, yaitu ajaran jukung dan sampan-sampanan dengan senjata ramuan dan siram-siraman seperti tugas Dinas Pertamanan Kota dan Dinas Pemadam Kebakaran. Walau saat itu dia begitu terpana bin terpesona dan jadi salah satu tokoh yang ditugaskan ke negara tertentu untuk buka lapak hampar permadani—yang konon ceritanya untuk menyambut kedatangan Tuhan yang kedua kali. Saya cari di Alkitab walau waktu Yesus lahir di Betlehem sudah ada permadani tapi tidak ada sambutan dengan menghampar permadani. Dan pada kedatangannya yang ke-dua juga tidak ada menyebutkan harus pakai hamparan permadani. Kalau di Indonesia lebih cocok gelar tikar sesuai budaya kita daripada karpet. Akulturasi dan kontekstual dong.

Waktu saya sampaikan doktrin yang dia sedang tergila-gila mengikutinya, saya melihat dia tidak marah atau membantah dengan keras dan frontal. Berarti nuraninya masih normal dan masih bisa disadarkan. Dan tidak lama kemudian dia akhirnya sadar dari ajaran kelompok jukung yang acaranya berkostum pemain opera. Sebagai seorang teman dengan hobi yang sama, dan sebagai hamba Tuhan, saya juga ikut bersuka-cita ketika Tuhan menggenapi apa yang Dia janjikan kepada teman saya. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, janji Tuhan ya dan amin.

Walaupun kita disebut orang percaya dan Yesus disebut terang dunia, tidak berarti kita tidak pernah mengalami kebingungan, keputus-asaan, masa-masa yang gelap tanpa titik terang. Banyak orang bingung akan apa yang terjadi di hidupnya. Rasanya sudah melakukan semua dengan sekuat tenaga dan sebaik-baiknya, sudah membawa semuanya dalam doa untuk meminta campur tangan Tuhan agar semua halangan dipatahkan dan keberhasilan tercapai. Tetapi banyak rencana dan keinginan tidak jadi kenyataan. Bingung salahnya di mana, kurangnya apa, apakah ada dosa atau kesalahan, apakah iblis yang menghalangi. Pada saat dihadapkan kepada pilihan yang harus diambil dan keputusan yang harus dibuat, banyak orang juga menjadi bingung mana pilihan yang benar agar terhindar dari konsekwensi buruk di masa mendatang. Keputusan-keputusan yang salah akan membawa kepada kerugian, kedukaaan, kegagalan, kehancuran bahkan kematian.

Saya ingat waktu saya mengisi pelayanan firman di persekutuan para manager HRD di satu kawasan industri. Sementara berdiri di depan, saya mendapat pesan Roh Kudus untuk menyampaikan kepada seorang wanita yang duduk di deretan paling depan sebelah kiri saya. Roh Kudus katakan; “Beritahu dia pacarnya itu bukan jodohnya!” Sempat ada keraguan di hati saya karena melihat usianya, masa dia belum menikah. Tetapi Roh Kudus mengulang kembali kalimat yang sama sebagai peneguhan. Saya kemudian menyampaikannya. Selesai persekutuan, koordinatornya menceritakan kepada saya bahwa memang wanita itu, yang adalah HRD sebuah perusahaan dengan sekitar 40 ribu karyawan, belum menikah. Yang ajaib tidak sampai beberapa bulan kemudian ada surat undangan pernikahan yang dikirimkan ke alamat saya. Dia akan menikah dengan pria yang Roh Kudus katakan bukan jodohnya. Saya cuma geleng-geleng, dan karena pada hari resepsi saya ada pelayanan di kota lain, saya tidak bisa hadir. Waktu berlalu sekitar dua bulan, hp saya berdering, wanita ini menelpon saya. Dengan terisak dia menceritakan tentang suaminya yang tidak mau ke gereja, ketika dia ngotot mengajak suaminya pergi ibadah, Alkitab malah dilempar dan diinjak-injak—padahal Kristen. Dan yang lebih buruk lagi sekarang dia dipaksa untuk membayar utang keluarga suaminya yang jumlahnya besar. Sadarlah dia bahwa dia tidak dicintai, tetapi jabatan dan penghasilannya yang dicintai suaminya. Dia bertanya ke saya; “Bagaimana sekarang pak, saya sudah tidak tahan.” Saya jawab kalau saya suruh dia cerai saya akan dicap sesat, tetapi kalau saya suruh bertahan, apa kuat? Jadi nikmati saja, itu kalimat terakhir saya sebelum mengakhiri pembicaraan. Satu langkah salah kita sering membutuhkan seratus mujizat untuk memperbaikinya. Makanya Tuhan mau memimpin setiap langkah kita (Mazmur 37:23, Yeremia 10:23). Wanita ini walau sudah mendapat pesan Tuhan yang jelas, dan saya tidak mengenal dia siapa, tetapi karena pertimbangan usia, maju tak gentar untuk melanjutkan ke pelaminan. Menganggap si pacar sebagai The Last samurai, atau The Last Mohican dan kalau bukan dengan dia tidak ada lagi yang lain. Ternyata si suami bukan cari istri tapi cari donatur untuk bayari utang keluarga. Amsiong dah kata orang Medan. Kalau orang Jakarta omongnya loe sih yang bego.

Kejadian yang sama juga menimpa seorang gadis yang aktif di doa semalaman kami. Roh Kudus menyatakan bahwa pria yang sedang menjalin hubungan dengan dia bukanlah pria yang Tuhan tentukan untuk menjadi suaminya. Bahkan Tuhan menyingkapkan bahwa pria itu walaupun orang percaya tetapi masih suka nonton video porno dan punya koleksi video porno super hot, yang bikin kalah salah satu merk mie instant, tuang 1 pedas nikmat, tuang 2 pedas gila. Banyak yang menasehati dia untuk berpikir ulang, tapi kembali dia katakan dia sudah berumur. Kalau bukan dengan yang ini siapa lagi. Juga si pria berjanji akan berubah. Hmmmm, kalau tentang janji-janji tidak usah buka Firman Tuhan, cukup ingat heboh artis video lucah beberapa tahun lalu itu, yang mengatakan; “Lelaki itu cuma baik di awal.” Pernikahan berlangsung, bahkan saya diberi tugas memimpin doa di resepsinya. Gass poll dia. Saya tidak mau hadir walau waktu itu saya ada di kota itu. Tidak pakai lama masih bulan madu, saya mendengar dari teman karibnya dia jadi sansak hidup, korban KDRT suaminya. “Bungul banar”, kata orang Banjar. Sering gua bohwat ketemu orang Kristen model gini. Ada ratusan kejadian yang bisa diceritakan di sini, tapi sebagai contoh dua saja dulu.

Nubuat berisi berupa petunjuk Tuhan adalah tanda kasih dan perhatian Tuhan untuk melindungi kita dari jatuh ke dalam perangkap dan jerat. Dia mau memimpin jalan hidup kita agar menjadi indah, tetapi kita lebih suka memilih jalan kita sendiri (Yesaya 53:6). Dan dahsyatnya itu kita tetap lakukan setelah kita menerima Dia sebagai Tuhan kita. Sebelum dan sesudah jadi anak Tuhan mestinya ada perbedaan yang jelas. Dulu liar, jalani hidup sembarang dan semaunya, sekarang mesti hidup tertib, di jalan Tuhan dan sesuai mauNya.

Walau Tuhan maha kuasa, maha kaya, tembok terbuat dari batu permata, tanahnya dari emas murni tidak kemudian membuat kita otomatis diberi ATM dengan dana unlimited. Tinggal gesek untuk bayar dan ambil tunai setiap saat. Banyak hal yang kita tahu out of reach—tidak bisa kita capai, raih, dapatkan dalam hidup ini. Banyak angan-angan, cita-cita, keinginan yang mustahil terjadi bila melihat kemampuan, kondisi ekonomi, pendidikan, penghasilan, usaha kita. Kita hafal bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil (Kejadian 18:14, Yeremia 32:27, Lukas 1:37) dan tidak ada yang mustahil bagi orang percaya (Markus 9:23). Tetapi fakta dan realita yang terpampang jelas di depan mata kita menjadi benteng tinggi dan tebal yang menghalangi kemajuan hidup kita.

Kita bisa main mengimani dan main realita dalam melihat realita yang kita hadapi. Main mengimani menjadikan kita orang buta yang berlari kencang ke mulut jurang. Kita menyeret Tuhan untuk menyetujui, menyertai dan memberkati apapun yang kita lakukan. Semua bisa kita capai, semua bisa kita raih, semua bisa kita dapatkan, sikap yakin Tuhan pasti menyertai dan memberkati. Mengimani adalah seperti memegang remote control atas Tuhan—kita mengendalikan Tuhan agar melakukan apapun yang kita harapkan. Tidak sedikit orang seperti ini—dengan memainkan iman dia yakin semua yang ingini, pasti jadi kenyataan. Tuhan dianggap pembantu super perkasa untuk memuluskan semua jalan. Tidak bertanya apa kehendak Tuhan, tapi mengajukan kehendak kepada Tuhan, dan Tuhan tidak punya pilihan lain selain setuju dan pasti akan memberkati. Kita merendahkan Tuhan sebagai hamba kita. Kita yang in-charge.

Sementara main realita, kita tidak mau diajak berjalan maju maju bersama Tuhan. Seperti orang yang duduk terpaku di pinggir jalan, yang tidak mau diajak naik mobil ke tujuan, karena merasa kalau berjalan kaki tujuannya terlalu jauh. Mental jalan di tempat. Semua yang kita lihat di depan mata kita adalah penghalang, yang tidak mungkin diterobos, tidak mungkin dikalahkan. Hanya kesukaran, masalah dan problem, kegelapan yang kita lihat. Mentalitas ini perlu diseret Tuhan untuk maju. Mengecilkan kuasa Tuhan dan tidak percaya Tuhan peduli, mengasihi dan merancang masa depan yang penuh pengharapan. Kalau aku tidak bisa ya berarti tidak bisa, walau aku punya Tuhan yang maha kuasa. Kebalikan dari main mengimani yang paksa Tuhan berkati semua yang dikerjakan, main realita justru tidak percaya akan campur tangan Tuhan untuk memberkati. Mungkin ada yang mengatakan lebih baik main mengimani daripada main realita. Tetapi keduanya salah dan tidak ada yang lebih baik dari yang lain.

Ada anak Tuhan yang kredit mobil dengan cicilan 3 juta per bulan, sedang dia penghasilannya juga 3 juta per bulan. Dia percaya cicilan tiap bulan akan diberikan dan diadakan oleh Tuhan. Tidak menunggu lama dia kesulitan membayar cicilan dan akhirnya mobilnya ditarik pihak leasing. Dia marah dan mengatakan ternyata Tuhan tidak bisa dipercaya. Dia percaya Tuhan akan adakan uang tambahan 3 juta per bulan untuk membayar cicilan mobil tetapi Tuhan tidak adakan. Ini contoh main mengimani.

Di salah satu negara Eropa ada gembala yang mengimani bisa membangun gedung besar, ia minta jasa arsitek merancang bangunan yang dia imani. Biaya desain saja sudah sekian puluh ribu euro, dan berkali-kali saya balik pelayanan di negara itu, gedungnya tidak pernah bisa dibangun, tetap hanya gambar di atas kertas. Lebih parah lagi dia tidak bisa membayar lunas biaya rancang bangun ke arsiteknya. Ini saya dengar dari gembala gereja yang sering saya layani di sana. Korban main mengimani.

Saya banyak main realita, di awal panggilan, saya sering mempertanyakan Tuhan bagaimana saya memulai pelayanan. Siapa yang akan mengundang saya pelayanan. Di sejarah keluarga kami tidak ada satupun yang jadi hamba Tuhan, kecuali kalau ayah saya jadi gembala saya kan otomatis tinggal mewarisi domba-domba dan fix incomenya tiap bulan. Saya juga tidak sekolah teologi, karena ketika saya dengar suara Roh Kudus dengan jelas untuk meninggalkan pekerjaan dan karier, setelah perdebatan panjang saya bersedia tetapi tetap saya beri Tuhan syarat bermacam-macam. Salah satunya saya katakan Tuhan boleh pakai saya tapi saya tidak mau Sekolah Alkitab, kalau suruh saya sekolah Alkitab saya tidak jadi melayani. Ini saya katakan karena saya melihat dan mendengar sendiri mimbar sangat sering dipakai untuk saling serang, saling sindir antar gereja. Saya ingat ada gereja yang mengundang seorang pelayan pelepasan, eh di ibadah Minggu dari mimbar ada sentilan koq ada gereja tidak menghormati Tuhan, gereja jadi tempat muntah-muntah. Ini jelas menyindir ibadah pelepasan di gereja tetangga beberapa hari sebelumnya. Belum lagi ayat hati-hati terhadap nabi palsu, pengajaran sesat, harus tertanam didengungkan makin kencang kalau ada gereja lain buat Kebaktian Kebangunan Rohani. Surat undangan ibadah dari gereja lain tidak sekalipun pernah diumumkan dari mimbar. Tertutup rapat lebih dari peti harta karun. Belum lagi merasa ajaran doktrin sendiri paling benar dan Alkitabiah dan yang lain tidak Alkitabiah. Ruwet pokoknya kalau mau diceritakan.

Ada gereja baru buka di kota kami, pembicaranya keren-keren, sehingga banyak gembala-gembala gereja lokal kalah skill/urapan/teknik dengan mereka. Banyak jemaat gereja-gereja lain yang ke sana, dan langsung diangkat jadi pengurus di gereja baru, sehingga tidak balik ke gereja lama mereka. Gereja baru langsung berdiri dengan banyak jemaat peserta transmigrasi antar gereja. Sehingga dari semua yang saya dengar dan lihat sendiri saya katakan jangan suruh saya sekolah Alkitab atau sekolah teologi kalau kelakuannya seperti yang saya lihat. Itu persepsi saya dulu karena untuk melayani mereka semua berlatar sekolah Alkitab atau sekolah teologi.

Di gereja sendiri saja saya tidak dipakai. Pernah dipakai melayani di remaja, semakin banyak secara jumlah malah tidak dikasih jadwal lagi dan diganti anak si gembala tanpa alasan yang jelas. Karena gereja kami adalah gereja kebangkitan, semua yang di mimbar wajahnya mirip-mirip, yang di keyboard anak nomer sekian, yang main gitar anak nomer sekian dan sekian, yang main drum anak nomer sekian, yang jadi WL anak nomer sekian. Asli orang Lewi semua, sedang di luar itu dianggap masih duniawi. Aku cerito iki duduk dikiro masih ono kepahitan lho yo. Hihihihi.
Tetapi terbukti Dia sanggup melakukan apa yang Dia rencanakan dan tidak ada rencananya yang gagal (Ayub 42:2).

Nubuat berupa penyingkapan rencana Tuhan di masa depan atas hidup seseorang baik tentang panggilan, pasangan hidup, bidang usaha, pekerjaan yang harus digeluti, membuat kita terbebas dari keputus-asaan dalam menjalani hidup dengan banyak keterbatasan dan ketidak-berdayaan meraih apa yang kita harapkan untuk kehidupan yang lebih baik. Apa yang tidak mampu kita raih dengan kekuatan kita sanggup diberikan Tuhan kepada kita, karena Dia Bapa yang baik.

Esau yang sudah kehilangan hak kesulunganpun bisa punya banyak ternak kambing domba, lembu sapi seperti Yakub yang sekarang memegang hak kesulungan. Jangan mengatakan bahwa orang di luar Tuhan tidak bisa hidup sukses. Banyak orang dengan tekad, ketekunan yang pantang menyerah berhasil meraih kehidupan yang lebih layak bahkan berlimpah materi.

Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini. – (Ulangan 8:17-8)

Nubuatan tentang berkat yang Tuhan akan curahkan dalam hidup sesorang, memberi harapan dan penghiburan ketika hari-hari terasa gelap dan jalan terjal, berliku dan penuh batu tajam. Tetapi nubuat ini juga untuk mengingatkan bahwa semua yang kemudian bisa kita raih, capai, miliki dan nikmati karena Tuhan yang memberikannya kepada kita. Bukan karena kehebatan, kecerdasan, kemampuan kita. Sukses terus sombong itu biasa, sukses terus lupa diri sudah umum, tetapi sukses dan tetap rendah hari itu langka.

Bila ingin tahu dan belajar lebih banyak tentang karunia nubuat bisa membaca buku-buku tulisan Dr. Bill Hammon, Dr. Jonathan David, Steve Thompson, Mike Bickle dan lain-lain yang khusus membahas tentang nubuat.

Vaksin Bingung, Putus Asa dan Kesombongan
Vaksin Bingung, Putus Asa dan Kesombongan
Vaksin Bingung, Putus Asa dan Kesombongan