Tidak Bertanggungjawab

Beberapa hari lalu sementara saya santai di sore hari, ada teman satu gereja yang datang ke rumah. Dia cerita bahwa sehari sebelumnya dia didatangi temannya yang saya juga kenal. Teman itu minta tolong dia untuk mempertemukannya dengan saya karena ingin didoakan.

Hampir tiga puluh tahun yang lalu teman itu bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata. Secara fisik dan wajah, dulu dia adalah seorang gadis yang memang sangat cantik. Waktu itu dia pacaran dengan teman sekantornya yang desas-desusnya sudah berkeluarga, tetapi keluarganya tinggal di kota lain di luar pulau. Sementara itu juga ada seorang pemuda yang adalah seorang pengusaha mendekati dia. Tetapi si gadis menolak pemuda ini, karena walau pemuda ini adalah seorang pengusaha sukses, tetapi penampilannya memang tidak parlente. Sandalnyapun masih suka pakai merk lily. Beda sekali dengan pria yang memacari dia. Penampilan seperti artis sinetron—mungkin di mata nya seperti Lee Min Ho. Dan memang saya tahu waktu itu perempuan ini memang menyukai pria yang penampilannya keren.

Setiap orang memang punya type ideal yang berbeda-beda. Ada yang simple saja syaratnya hanya melihat penampilan, wajah, postur tubuh. Ada yang syaratnya super ruwet dan berat; wajah, postur harus seperti artis Korea, penghasilan harus sekelas pengusaha sukses, karakter dan level rohani harus seperti hamba Tuhan yang cinta Tuhan. Singkatnya; wajah bintang film, penghasilan pengusaha besar dan rohani seperti hamba Tuhan. Setiap kita tanpa disadari punya standar-standar yang berbeda.

Ketika perusahaan itu tutup maka si pria balik ke kota asalnya dan hubungan mereka jadi otomatis bubar. Di sisi lain si pemuda yang dulu naksir dia sudah menikah. Dan teman saya cerita bahwa saat ini si perempuan yang sekarang sudah berumur paruh baya, masih belum menikah, dan sedang berhubungan dekat dengan suami orang. Weleh, mendengar itu rasanya sudah tak akan bermanfaat banyak kalau saya ketemu dia. Karena dari pengalaman pelayanan banyak orang yang berusaha mengubah hukum dan ketetapan Tuhan, kemudian mencari orang yang melayani, yang setuju dan membenarkan serta mendukung pandangan mereka yang salah. Sehingga mereka merasa dibenarkan dan dikuatkan atas apa yang mereka lakukan, walau hati nurani mereka tahu bahwa itu salah. Mereka menjadikan perkataan hamba Tuhan sebagai firman Tuhan.

Saya jadi ingat teman perempuan segereja saya waktu masih di Kaum Muda, kasusnya juga mirip. Dia dikarunia kulit, postur tubuh, wajah yang sangat cantik dan menarik. Banyak pemuda yang berusaha mendekati dia. Tetapi semuanya tidak ada yang berhasil mencuri hatinya. Dan sekarang usianya juga sudah separuh baya dan masih sendiri juga. Dan di usia sudah paruh baya dia kena penyakit di syarafnya. Pernah didekati seorang duda yang istrinya meninggal karena kanker, tetapi setelah tahu kondisi kesehatannya, si duda mundur teratur walau si perempuan sudah memberi sinyal ok. Di supermarket, items yang hampir expired biasanya diskonnya besar, bahkan buy 1 get 1 free plus discount 50%, tetapi adalah pelanggaran menjual barang expired.

Saya juga ingat pernah pelayanan di sebuah kantor, pemimpinnya adalah seorang wanita yang waktu itu usianya 42 tahun. Setelah pelayanan Firman Tuhan, seperti kebiasaan, saya selalu berdoa mungkin ada pesan pribadi untuk yang hadir. Dan saya diberi penglihatan sebuah foto seorang pemuda berbaju putih berdiri di depan pagar dari tanaman. Saya sampaikan penglihatan itu dan saya tanya dia siapa pria itu. Dia jawab nanti saja setelah ibadah. Setelah ibadah saya diajak ke ruang kerjanya. Saya tanya apa ada foto ukuran 3R seorang pria baju putih dengan latar pagar. Dia jawab ada. Saya tanya balik siapa pria itu. Dia katakan mantan pacarnya. Saya lanjutkan apa sudah menikah. Dia bilang sudah, dan punya anak dua. Saya tanya lagi sekarang pria itu di mana, dia sebut nama suatu kota. Saya tanya lagi mengapa masih simpan foto mantan yang sudah jadi suami orang dan sudah punya dua anak. Lama dia diam tidak menjawab. Di bak-bak truk sering kita temukan tulisan: kutunggu jandamu. Rupanya wanita ini menulis di hatinya: kutunggu dudamu. Parah.

Secara fisik walau dia sudah berusia 42, posturnya masih terawat, karena rajin pilates. Kulit putih bersih, wajah cantik, karier dan penghasilan bagus. Golek opo maneh, kata orang. Tapi koq belum nikah juga, karena menurut hukum dagang dan pasar, yang tersisa biasanya bukan yang pilihan. Yang pilihan bahkan dari SMA sudah disambar orang. Kemudian saya minta dia untuk membakar foto mantannya itu dan dia katakan bersedia. Kemudian kami berdoa, dan Roh Kudus katakan Tuhan akan mengirimkan seorang pengganti kepadanya.
Hampir dua tahun kemudian saya ketemu dia lagi dan dia marah kepada saya karena merasa saya bernubuat palsu. Jodohnya tidak datang katanya. Saya berdoa bertanya kenapa jodohnya belum datang seperti yang Tuhan janjikan. Waktu doa Roh Kudus ungkapkan dia memasang tenggang waktu jodohnya harus datang dalam kurun waktu satu tahun dari hari saya sampaikan pesan Tuhan. Dan kalau tidak dalam waktu satu tahun dia akan menolak. Saya tanyakan hal itu dan dia akui.

Janji Tuhan tidak bisa terjadi di waktu yang kita tetapkan, kita hidup dalam waktu kronos, sedang Dia bekerja dengan waktu kairos. Sekalipun kita disebut anak-anak Tuhan, tetapi bila hidup kita tidak dalam kehendak dan pimpinan Tuhan maka kita hanya hidup dalam kronos tanpa pernah masuk ke dalam kairos Tuhan. Hanya Tuhan yang berhak menetapkan waktu, kita tidak punya wewenang menetapkan deadline bagi Dia. Tugas kita menantikan Dia bertindak, bukan memaksa Dia bertindak.

Ada lagi mantan teman karib di tim pelayanan—saya sebut mantan teman karib karena dulu memang kami satu tim pelayanan, tetapi karena saya melihat yang hal-hal yang tidak pas, saya memilih keluar dari tim pelayanan itu—seorang wanita pengusaha, punya hotel di satu kota. Waktu itu usianya sudah 40 an, minta didoakan jodoh. Pernah pacaran waktu kuliah, tetapi kandas di tengah jalan seperti kapal yang tidak membaca peta sehingga menabrak karang. Waktu kami berdoa, saya dapat penglihatan dan penyataan Tuhan, “sudah empat kali Aku mengirimkan kepadanya, tetapi semua ditolaknya.” Dia katakan tidak ada hal seperti itu. Kemudian saya diperlihatkan pria-pria yang pernah mendekati dan semua dia tolak. Ketika saya tanyakan kepadanya pria-pria dengan ciri-ciri postur, tinggi badan, bentuk wajah, warna kulit yang Roh Kudus perlihatkan saya, dia akhirnya mengakuinya. Roh Kudus katakan: “Aku akan mengirimkan satu orang lagi, kalau ditolak juga, itu adalah yang terakhir.” Dan saya sampaikan ciri-ciri postur tubuh pria itu kepadanya. Tidak lama kemudian saya mendengar dia didekati pria dengan ciri-ciri seperti yang saya lihat dalam penglihatan. Dan pria itu juga ditolak, juga oleh keluarganya, karena berasal dari latar belakang strata sosial yang sangat berbeda. Pria itu hanya bekerja sebagai salesman di suatu perusahaan. Sekarang usianya sudah hampir seperti angak di butir kelapa yang sudah bertunas, dan masih single. Sandyakala.

Mungkin ada pembaca yang mempertanyakan tentang penyataan yang saya dapat apakah benar dari Tuhan. Masakan ada pilihan jodoh lebih dari satu. Alkitab menyebutkan dengan jelas Tuhan punya Plan A dan Plan B, di I Samuel 13:13 adalah Plan A, dan I Samuel 13:14 adalah Plan B dari Tuhan. Dalam buku tentang riwayat Kathryn Kuhlman juga disebutkan bahwa pemakaian dan urapan yang dia miliki sebenarnya adalah milik seorang pria, tetapi pria itu menolak panggilan Tuhan sehingga dialah yang kemudian dipakai Tuhan dalam pelayanan sebagai ganti pria itu. Kapan-kapan kita akan bahas hal ini dengan lebih detail dalam tulisan terpisah dengan contoh-contoh nyata dalam pelayanan.

Setiap kita lahir dan hidup di lingkungan keluarga, masyarakat dengan value system yang berbeda. Dan setiap kita punya idea of life (cita-cita) apa yang kita ingin capai, raih di hidup kita dan ideal type (type ideal) siapa yang kita inginkan menjadi pasangan hidup kita. Termasuk juga rumah yang kita ingin punya, mobil, karier, pekerjaan dan lain-lain. Celakanya karena penyesatan yang nyata-nyata terjadi, kita diajar bahwa Tuhan akan memberikan semua keinginan kita. Kita tidak diajar untuk hidup menyenangkan Tuhan tetapi didoktrin bahwa Tuhan akan menyenangkan kita setiap saat. Sehingga tidak heran sebagai hamba Tuhan saya sering mendengar orang berkata: Tuhan tahu selera saya, Tuhan tahu keinginan saya, Tuhan tahu type ideal saya. Yang maksudnya Tuhan akan menuruti mereka, memberikan jodoh seperti seperti yang mereka obsesikan, semuanya persis seperti orderan mereka. Kayaknya mereka kebanyakan belanja online sehingga pesan kepada seller: barang harus segera dikirim seller, packing tebal dan pakai bubble wrap, harus sesuai foto di lapak dan sesuai deskripsinya. Wuiiiihhhh.

Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. (Mazmur 119:105)

Akal budi kita memberi kita kemampuan untuk melihat dua tiga langkah kita ke depan. Tetapi kita tidak bisa melihat jauh ke depan, ke masa yang lebih jauh dari sekarang. Untuk bisa melihat jauh ke depan, ke ujung akhir dari perjalanan, usaha, pekerjaan, aktivitas, akibat keputusan-keputusan yang kita ambil kita perlu mencari pimpinan Tuhan.

TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya (Mazmur 37:23)

Firman Tuhan memberitahu kita akan langkah kita, apakah ada kerikil tajam, jebakan, pelubang pada next step yang kita akan ambil. Tetapi kita tidak bisa melihat terlalu jauh ke dapat, final result atau final destination yang akan kita raih atau tuju. Dengan pimpinan Roh Kudus yang membawa kita masuk rencana Tuhan, akan membuat kita berjalan dalam kehendakNya di setiap langkah. Firman bisa diartikan, ditafsirkan lain, bahkan sering disesuaikan kepentingan masing-masing. Sehingga walau Firman tidak pernah salah, tetapi pengertian kita tentang firman bisa salah total. Sehingga keputusan, langkah yang kita ambil bisa menghancurkan kita.

Contoh Mazmur 1:3

Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. (Mazmur 1:3)

Banyak orang hanya memperkatakan kalimat terakhir dari ayat ini, apa saja yang diperbuatnya berhasil. Sehingga apa saja yang direncanakan dikerjakan dengan keyakinan pasti berhasil, tanpa meminta petunjuk Tuhan. Dan banyak orang yang mengalami kehancurkan karena hal ini. Padahal kalimat terakhir adalah outcome/hasil akhir yang akan terjadi/dicapai bila kondisi dan pesyaratan yang tertulis di kalimat sebelumnya dipenuhi:

1. Ia seperti pohon: bukan onak, rumput duri atau semak duri. Hidupnya mesti dilepaskan dari hal-hal yang tajam, runcing, menyakiti dan melukai. Penolakan, kepahitan, kekecewaan, kegagalan maupun keberhasilan sering membuat orang menjadi bermulut tajam, berkata-kata menusuk, berprilaku menyakitkan orang lain. Sebaliknya roh yang mengampuni, bisa berkorban bersyukur, rendah hati menyejukan banyak orang.

2. Yang ditanam di tepi aliran air: kehidupan rohani dan hubungannya dengan Tuhan tidaklah hanya dalam bentuk ritual dan seremonial, tetapi hubungan pribadi. Ia tidak hidup dari “curah hujan” baru merasa segar, kuat, suka cita, bisa memuji, bersyukur, beriman ketika kumpul ibadah dan dilayani pembicara yang keren dan membangkitkan semangat. Setelah selesai ibadah kembali lesu, kuatir, bingung, stress, putus asa dan goyah. Menunggu sampai kumpul lagi ibadah baru kuat lagi. Hidup dalam siklus musiman.
Tetapi ia ditanam ditepi aliran air. Kata ditanam sering diartikan berbeda dan dimanfaatkan untuk menakut-nakuti jemaat agar tidak pindah. Bagaimana bisa bertumbuh bila berpindah-pindah? Kita harus tertanam di sini. Itu statement yang sering kita dengar. Padahal kalau kita bercocok tanam benih sering harus beberapa kali berpindah sebelum ditanam dan bertumbuh. Dari kantung penyimpanan ke nampan semai/seedling tray, bisa kemudian dipindah ke polibag atau ada yang langsung ditanam di tanah. Jadi kalau tidak dipindah bisa jadi benih memang tidak untuk ditanam, tetapi untuk konsumsi. Kita harus tertanam juga adalah penyataan yang tidak tepat lagi di jaman sekarang. Sebelum jaman Ratu Victoria memang banyak orang di makamkan di dalam kompleks gereja, kapel, tetapi itu sudah lama ditinggalkan. Dan gereja tidak berfungsi sebagai kuburan.

3. Yang menghasilkan buahnya pada musimnya: bukan pohon kayu yang hanya untuk kayu bakar atau bangunan, tetapi pohon yang menghasilkan buah. Banyak orang percaya hanya pohon kayu bakar, setelah usahanya, kariernya, kekayaaannya ditebang Tuhan, baruslah dia ada gunanya. Mulai rajin ibadah, rajin doa, rajin baca Firman, mau berubah sedikit, dll. Sebelum ditebang dia tidak ada gunanya. Pohon buah tidak perlu ditebang untuk jadi berguna, karena ia menghasilkan buah yang berguna untuk orang lain. Jadi kalau tidak mau ditebang Tuhan, berbuahlah.

4. dan yang tidak layu daunnya—kembali ingat poin nomer 2, hubungan pribadi dengan Tuhan bukan tergantung kumpul-kumpul, pembicara keren, yang membuat orang percaya hidup tergantung musim. Musim hujan (berkat, semua berjalan lancar) maka tumbuh subur, musim kemarau (pergumulan, ujian) langsung jadi lesu, rontok semua (iman, ketekunan, suka cita, damai sejahtera, pengharapan).

Ketika keempat poin ini terpenuhi maka kalimat terakhir “apa saja yang diperbuatnya berhasil” akan tergenapi dengan sendirinya.

Kembali ke inti renungan, kita harus bertanggungjawab dalam setiap keputusan yang kita ambil tanpa melibatkan Dia. Tetapi Tuhan akan bertanggungjawab atas apapun yang Dia perintahkan kepada kita. Standar-standar yang kita terapkan dalam menjalani hidup ini, membuat pilihan dan mengambil keputusan dan bertindak memiliki efek jangka panjang yang kita harus tanggung seumur hidup kita. Lebih aman membuang standar-standar kita pribadi dan hanya hidup menuruti pimpinan Tuhan.

Berhentilah menilai diri sendiri terlalu tinggi, memakai pertimbangan manusia berdosa, tetapi biarlah Tuhan yang memilihkan langkah yang harus kita ambil, jalan yang harus kita tempuh. Ingat hanya ada dua rasa sakit di dunia ini: sakit karena harus berubah dan rasa sakit karena penyesalan.

Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti (Yesaya 48:18)

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11)