Reflecting

Dua hari lalu seperti kebiasaan saya di pagi hari membuka website charismanews.com, ada berita yang menggembirakan tentang Todd White yang bertobat dari memberitakan prosperity gospel. Padahal pada bulan Mei lalu ia dengan keras dan dengan kata-kata yang tajam menuduh seri dokumenter American Gospel, Christ Alone sebagai diinspirasikan oleh roh jahat. Padahal seri dokumenter itu baru ditayangkan seri perdana saja. (Untuk menonton dokumenter ini silahkan klik di sini)

Saya kutip di sini beberapa kalimat yang dia katakan setelah pertobatannya dari teologi/injil kemakmuran.

Ketika engkau percaya kepada Injil karena berharap hidup yang lebih layak, engkau telah percaya kepada injil yang lain. Ketika engkau datang kepada Yesus karena Dia akan memberikan kepadamu ini dan itu, maka engkau tidak menyerahkan hidupmu. Lihat, ketika engkau berkata bahwa engkau datang untuk mendapatkan sesuatu, itu adalah perbuatan mencobai Tuhan. Sama saja seperti aku mau coba-coba ikut Yesus, mungkin ada sesuatu yang hebat. Itu bukan Yesus. Tujuanmu ikut Tuhan adalah menjadi serupa dengan Dia, diubahkan serupa Dia, dan hidup seperti Kristus. Yesus tidak memandang rendah pendosa, tetapi Dia membenci dosa. Dia menyinggung hal itu setiap saat.

Pagi tadi saya diingatkan tentang buku Organizational Behaviour dari Stephen P. Robbins edisi pertama, yang pernah saya baca belasan tahun yang lalu. Garis besar definisinya saya ingat tetapi saya lupa istilahnya. Dari pagi ketika saya merasa saya digerakkan untuk menulis renungan ini, saya mencoba mengingat istilah yang menjadi judul renungan ini, tetapi sampai siang saya belum ingat juga. Dan saya minta tanda kepada Tuhan kalau saya ingat istilah itu maka saya akan menulis renungan ini, kalau tidak berarti saya tidak bisa menulisnya. Akhirnya saya hidupkan laptop dan mulai mencari istilah yang saya lupa tetapi definisinya saya masih ingat dan setelah beberapa klik ketemu dah.

Secara singkat reflecting didefinisikan sebagai melihat, menilai, menganggap orang lain seperti dirinya sendiri. Definisi akuratnya kata per kata saya mesti bongkar dus-dus buku-buku saya. Contoh: bila seseorang licik maka ia cendrung akan sangat berhati-hati karena dia menganggap orang lain licik seperti dirinya. Orang yang penuh dengan kebenaran diri sendiri akan sulit menerima alasan orang lain karena dia akan menilai apapun alasan orang lain semata-mata hanya untuk membenarkan diri. Orang mata duitan cenderung juga menganggap orang lain mata duitan.

Dan hal yang sama juga bisa terjadi juga dalam bidang rohani. Pengertian dan persepsi kita akan Tuhan dan Firmannya dipengaruhi oleh banyak hal antara lain; dogma dan doktrin gereja yang kita hadiri, hamba Tuhan yang kita idolakan, jenis firman/pengajaran yang kita pilih, lingkungan pergaulan hidup kita, pengalaman hidup, pendidikan teologi yang kita tempuh, dan yang sangat penting adalah karakter, obsesi dan value system yang ada pada pribadi kita yang mempengaruhi persepsi kita tentang Tuhan.

Dapatkah manusia membuat allah bagi dirinya sendiri? Yang demikian bukan allah!” – (Yeremia 16:20)

Dari Alkitab kita melihat begitu banyak usaha manusia untuk membuat “allah” termasuk bangsa Israel sendiri. Di padang gurun mereka membuat allah lembu emas, karena Allah yang membawa mereka keluar dari Mesir semakin hari semakin berbeda dari bayangan, obsesi dan harapan mereka. Mereka membayangkan keluar dari perbudakan Mesir hidup ini langsung jadi nyaman, kenyataannya mereka dibawaNya ke padang gurun. Obsesi mereka lepas dari penderitaan kerja paksa, ketidak-nyamanan, dikejar kuota membuat batu bata setiap hari menuju hidup yang santai, tanpa beban, tanpa tugas, tanpa paksaan dari siapapun. Kalau di luar negeri di restoran yang tidak memiliki lisensi menjual minuman beralkohol kalau ada sign BYO (bring your own) maka kita boleh membawa minuman beralkohol sendiri. Kalau yang ini semboyannya I’m the boss of my own life. Anti diatur atau diperintah siapapun. Hidup tanpa tujuan, target, tolok ukur, pokok sak karepe dewe.

Ternyata Allah tidak hanya membuat mereka bisa keluar dari Mesir lalu kemudian membebaskan mereka pergi ke mana saja mereka suka. Tetapi memimpin langkah hidup mereka hari demi hari dengan tiang awan dan tiang api dan mendidik mereka lewat kesukaran demi kesukaran. Mereka tidak bebas sesukanya mengambil jalan menuju ke Kanaan. Walau di jaman kuno ada tiga rute yang biasa diambil dari Mesir ke Kanaan. Tetapi Tuhan tidak membawa mereka untuk mengikuti satupun rute yang sudah ada itu. Dia punya jalan sendiri bagi mereka yang berbeda dari jalan yang biasa ditempuh di jaman itu. Sehingga konflik semakin memuncak karena Allah yang ada dipengertian mereka ternyata berbeda dan semakin berbeda dari yang mereka mengerti dan harapkan. Mereka pikir setelah keluar semua beres, ternyata banyak masalah di perjalanan sekalipun perjalanan itu dipimpin Tuhan. Mereka pikir kalau berjalan bersama Tuhan semua akan berjalan lurus, mulus licin seperti pengajaran dari mulut para pengajar, guru dan nabi palsu masa kini. Ternyata tidak.

Karena Allah yang dibayangkan sangat jauh dari pengertian dan harapan mereka, akhirnya mereka membuat allah untuk memimpin mereka kembali ke Mesir (Keluaran 32). Benarkah patung anak lembu sekalipun dibuat dari emas bisa memimpin mereka kembali ke Mesir? Tentu saja mereka harus memikul patung itu dan berjalan ke Mesir. Jadi dari jaman ke jaman orang sudah memiliki persepsi dan pengertian akan “allah” sendiri-sendiri. Yang pada hakekatnya mereka mengakui ada satu pribadi yang mereka tinggikan dan puja, tetapi pribadi itu haruslah seperti yang mereka inginkan dan mereka bisa atur sesuai keinginan mereka sendiri. Apakah mereka berharap patung lembu emas itu bisa berjalan sendiri? Tentu tidak. Tetapi mereka akan lebih percaya diri dengan membuat patung lembu emas dan membuatnya seakan bisa memimpin mereka untuk kembali ke Mesir. Mereka dipimpin oleh kehendak mereka sendiri yang memberontak kepada pimpinan dan didikan Tuhan. Tetapi mereka harus punya “allah” yang lain sebagai pengganti Allah sejati yang mengeluarkan mereka dari perbudakan. Orang percaya bisa tetap mengaku sebagai orang percaya tetapi menolak Allah yang benar dan memilih pengajaran yang sesuai dengan keinginan hatinya yang berdosa.

Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima. – (2 Korintus 11:4)

Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain – (Galatia 1:6)

Firman Tuhan dengan jelas menuliskan tentang Yesus yang lain, roh yang lain dan Injil yang lain. Todd White akhirnya sadar setelah sekian lama melayani, bahkan menjadi pembicara internasional dan pelayanannya disertai tanda dan mujizat. Pemakaian Tuhan bukanlah pembenaran dan tanda bahwa hidup, motivasi dan pengajaran hambaNya sudah pasti benar. Menjadi pengikut Kristus itu untuk menjadi serupa dengan Dia dan hidup seperti Dia (Roma 8:29, Filipi 2:8, 3:10, 1 Yohanes 2:6). Kristus hidup mentaati BapaNya, bahkan Dia berdoa bukan sampai kehendakNya dituruti Bapa, tetapi sampai Ia memilih untuk tetap mentaati Bapa (Matius 26).

Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah. – (Galatia 4:6-7)

Kita harus akui bagian terakhir ayat-ayat ini “menjadi ahli waris” seringkali menjadi bagian yag paling menarik, paling mudah diingat dan diklaim orang percaya. Langsung pikiran membayangkan hidup enak, kaya raya berlimpah ruah materi duniawi. Banyak yang lupa diangkat anak berarti harus beradaptasi pola hidup yang dulu bebas liar, menjadi hidup tertib, bersih, teratur sesuai standar Bapa. Dan seorang ahli waris baru berhak menerima warisan setelah dewasa, bukan kanak-kanak (Galatia 4:1). Di negara kita dikenal ada Balai Peninggalan Harta yang bertugas menyimpan harta warisan bila para ahli waris belum dewasa/belum berhak melakukan tindakan hukum. Dan akan diserahkan kepada ahli waris bila mereka sudah dewasa. Jadi Kristen dengan rohani kanak-kanak jangan mimpi tentang hak waris. Ciri kanak-kanak rohani adalah sukanya hanya mendengar firman yang enak-enak, gampang diaminkan, yang digambarkan seperti susu yang tinggal “glek aja” (1 Korintus 3:2, Ibrani 5:14). Dan kita berhak menerima janji-janji Allah bila kita menderita bersama Kristus (Roma 8:17). Hidup pengen enak terus dan maunya Tuhan yang nuruti maunya, tapi klaim janji-janji Tuhan? Sadar boss. Kita bukan lagi hamba tetapi anak. Hamba melakukan sesuatu dengan tujuan dapat upah sedang anak melakukan sesuatu untuk menunjukkan kasih dan hormat kepada Bapanya. Jadi kalau ibadah khotbahnya tentang berkat jasmani melulu, itu mental hamba. Tapi hamba ajaib yang mikir berhak atas warisan. Puyeng dah ngomonginnya supaya sadar.

Kalau dengar firman pengajaran yang menyuruh kita berubah, bertobat, tersinggung, sakit hati, marah, itu Kristen kanak-kanak. Kalau dengar firman berkat melimpah, tahun jawaban Tuhan, tahun promosi, tahun percepatan, tahun terobosan, bilang “amin, amin” tiada henti itu bukan karena beriman kepada janji Tuhan, tapi karena memang pengajaran seperti itulah yang paling disenangi bayi-bayi rohani. Grow up! Stop this childish behavior!

Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya? – (Bilangan 23:19)

Konsep Balak bin Zipor bahkan Bileam ikut-ikutan adalah Allah bisa disogok dengan persembahan agar kehendaknya dikabulkan. Pokok wani piro. Dan roh Balak sampai hari ini kita lihat masih bekerja—pokok kasihkan persembahan, taburan, kalau mau lihat kehendak kita dikabulkan Tuhan. Tidak lagi fokus pada hukum-hukum Tuhan tapi pada persembahan agar kehendak hati dikabulkan. Tuhan lebih senang anak-anakNya hidup benar/mendengarkan Dia daripada membawa aneka persembahan (1 Samuel 15:22). Mencoba mengganti ketaatan dengan aneka persembahan sudah dilakukan sejak beberapa ribu tahun lalu.

Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya. Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita. Karena kami tidak pernah bermulut manis–hal itu kamu ketahui–dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi–Allah adalah saksi — (1 Tesalonika 2:3-5)

Hati yang kotor, motivasi yang tidak murni bisa memberi warna, bau dan tujuan yang berbeda di dalam pelayanan. Dan semua itu bersumber dari hati yang loba/ketamakan. Kita bisa mengajarkan Firman Tuhan tetapi maksud mengajarnya dengan motivasi agar mereka senang, bukan agar umat menyukakan Tuhan, tetapi agar hati yang penuh ketamakan mendapat apa yang diinginkan. Walau itu jelas salah tetapi orang-orang yang melayani dengan roh ketamakan memiliki banyak pengikut. Ada pepatah bahasa Inggris yang berbunyi, “Birds of a feather flock together.” Orang-orang yang hati nuraninya belum dimurnikan tetapi masih penuh ketamakan akan menyukai orang-orang yang melayani dengan roh ketamakan karena mereka akan selalu mengkhotbahkan kesuksesan, kekayaan materi, kenyamanan duniawi, hal-hal yang memang ingin didengarkan dan menjadi obsesi orang-orang tamak. Terjadilah simbiosis mutualisme, walau akan berujung simbiosis parasitisme.

Dari reflecting yang kita sudah bahas sebelumnya, kita bisa melihat bila hati nurani kita belum dibersihkan maka ada kecendrungan kita menilai Tuhan seperti bagaimana aslinya diri kita (2 Korintus 5:16). Ayat-ayat Firman akan kita artikan, ajarkan sesuai karakter dan motivasi hati kita. Yang tamak akan selalu mencari ayat-ayat tentang berkat, janji-janji Tuhan, dan aneka persembahan untuk dikotbahkan. Dan banyak ayat akan diartikan secara sempit hanya diartikan sebagai uang, kekayaan, materi.

Contoh dalam Mazmur 126:5-6

Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya. – (Mazmur 126:5-6)

Kata menabur di sini selalu diartikan menabur uang bahkan lebih ekstrim lagi ditafsirkan kalau memberi persembahan haruslah sebanyak mungkin sampai ada rasa sakit. Kalau tidak ada rasa sakit maka itu hanya sedekah. Bayangkan orang diajar membawa persembahan sebanyak-banyaknya, sedang besok belum kiamat atau hari pengangkatan/rapture, mereka masih perlu materi untuk menyambung hidup di dunia. Sedang yang khotbah bersifat paradox mengajarkan pengangkatan segera terjadi tetapi malah sibuk ngumpulin harta. Aneh pollll.

Menabur di sini sama sekali tidak bisa diartikan menabur materi ke karena akan bertentangan dengan banyak hal yang tertulis di Alkitab;

1. Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Daud menabur apa kepada Tuhan sehingga mereka diberkati Tuhan. Apakah persembahan materi yang membuat Abraham diangkat menjadi bapa banyak bangsa? Apakah Yusuf memberi persembahan materi kepada Tuhan sehingga ia diangkat menjadi penguasa Mesir? Adakah Daud menabur banyak persembahan kepada Tuhan sehingga diangkat menjadi raja? Mereka semua menabur ketaatan dan hidup berkenan di hadapan Tuhan.

2. Dalam 2 Korintus 9:7 :

Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. – (2 Korintus 9:7)

Jadi tidak ada tuntutan menabur sampai “sakit”. Juga jelas di sini Tuhan tidak menghendaki orang menabur dengan sedih hati apalagi sambil menangis. Dan kita tidak pernah melihat orang membawa persembahan sambil menangis. Kecuali mungkin karena dipaksa memberi dengan ancaman akan dihukum Tuhan, dibangkrutkan, jadi terpaksa memberi dan menangis sambil ngedumel—koq tega banget lu sama gua.

Janda yang membawa dua peser dipuji Tuhan, adakah dia memberi persembahan sambil menangis sedih? Tentu tidak. Tetapi dia memberi seluruh nafkahnya! Betul. Tetapi adakah ayat yang mengharuskannya untuk memberikan semua nafkahnya? Tapi yang dia lakukan dipuji Tuhan! Betul, tetapi apa hal itu saja yang dipuji Tuhan? Bukankah Dia juga memuji hamba yang baik dan setia (Matius 25:14-30), bendahara yang cerdik (Lukas 16:1-9)?

3.Kalau hanya diartikan sempit persembahan materi maka orang miskin tidak perlu hidup benar karena mereka tidak akan menuai apapun karena mereka tidak bisa menabur materi. Sebaliknya orang kaya tidak perlu hidup benar, karena dengan menabur materi yang banyak mereka akan semakin diperkaya Tuhan. Ingat ajaran Balak dan Bileam.

Petrus juga berkata:

“Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan.” – (Kisah Para Rasul 8:20)

Setiap kita bisa menabur kebenaran, ketaatan di hadapan Tuhan entah dalam keadaan kaya atau miskin. Dan taburan itu akan membuat kita menuai di dalam Tuhan. Menuai damai sejahtera, sukacita yang melampaui segala akal, perkenan Tuhan dan berkat-berkat Tuhan.

Orang yang belum lahir baru, belum dibersihkan hati nuraninya, akan menilai Tuhan persis seperti dirinya. Kalau ia tamak maka ia akan menganggap Tuhan adalah penuntut persembahan setiap saat. Bagi dia persembahan adalah hukum yang terutama dan yang utama. Memang ada peraturan tentang aneka persembahan, tetapi itu bukan ajaran utama apalagi jadi tema utama di setiap ibadah. Dari definisi tentang reflecting kita bisa tahu siapa dia sebenarnya. Dan dari khotbah yang kita sukai kita bisa menilai siapa diri kita yang sebenarnya.

Point out anything you find in me that makes you sad, and lead me along the path of everlasting life. (Tunjukkanlah apapun yang ada di dalamku yang mendukakanMu, dan tuntunlah aku di jalan menuju kehidupan kekal.) – (Mazmur 139:24, The Living Bible)