Dimanakah Engkau?
Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?” Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.” – (Kejadian 3:8-10)
Ada beberapa hal yang masuk ke pikiran saya ketika membaca suasana Taman Eden pada saat kejatuhan Adam dan Hawa. Apakah langkah kaki Tuhan sangat berat sehingga kedengaran dengan jelas oleh Adam dan Hawa? Atau Taman Eden kurang dirawat sehingga membuat langkah Tuhan menginjak daun-daun kering sehingga mudah kedengaran oleh mereka. Atau Tuhan berjalan menerobos ranting-ranting pohon sehingga gesekan dengan ranting-ranting menimbulkan suara akan kehadiranNya. Penafsirannya akan jadi perdebatan teologi yang panjang. Tetapi ini tentu saja bukan sesuatu yang esensi untuk diketahui apalagi untuk diperdebatkan.
Tetapi ada hal yang menarik yang dicatat Firman Tuhan, bahwa kejatuhan tidak membuat mereka jadi tuli terhadap suara Tuhan. Mereka tetap bisa mendengar suara Tuhan dan suara sekitar mereka. Mata mereka juga tetap bisa melihat seperti sebelumnya. Tetapi kalau kita baca dengan lebih teliti, ada yang berubah pada penglihatan mereka.
Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. – (Kejadian 3:7)
Ada penafsiran yang mengatakan bahwa sebelum mereka jatuh, mereka berdua memakai pakaian kemuliaan yang diberikan Tuhan, dan setelah kejatuhan pakaian itu terlepas dan diambil dari mereka. Tetapi penafsiran ini akan berlawanan dengan dengan apa yang ditulis sebelumnya di Kejadian:
Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. – (Kejadian 2:25)
Jadi sebelum jatuh dalam dosapun mereka telanjang. Mungkin ada polemik karena persepsi dan perspektif yang berbeda, pastilah Tuhan memberikan mereka pakaian. Atau mungkin ayat ini hanya berbicara tentang ketelanjangan sesaat ketika berhubungan suami istri. Tetapi ayat ini dengan jelas mengatakan mereka telanjang dan mereka tidak merasa malu. Jadi tidak bisa dimengerti bahwa mereka tidak tahu mereka telanjang. Kita tidak akan berpolemik dalam penafsiran. Tetapi kita akan membatasi apa yang ditulis di Alkitab bahwa setelah makan buah itu mata mereka terbuka dan mereka tahu mereka telanjang. Apa beda ketelanjangan sebelum kejatuhan dan ketelanjangan setelah kejatuhan, biarlah para ahli teologi yang menjelaskannya.
Kita kembali ke dua poin yang sudah kita bahas bahwa setelah kejatuhan indera penglihatan dan pendengaran mereka tetap berfungsi normal seperti sebelumnya. Mereka masih tetap bisa mendengar langkah kaki kehadiran Tuhan dan mendengarkan Dia berbicara kepada mereka. Jadi kejatuhan mereka tidak membuat Tuhan membatasi fungsi pendengaran dan penglihatan mereka terbatas hanya penglihatan dan pendengaran secara natural saja, tetapi kemampuan mendengar dan melihat secara super natural tidak hilang dari mereka. Buktinya mereka bisa mendengar langkah kaki Tuhan dan mendengarkan Dia bicara kepada mereka. Inilah yang akan kita renungkan kali ini.
Alkitab penuh dengan kisah orang-orang yang hidup mendengar suara Tuhan, bercakap-cakap dengan Tuhan, bergaul dengan Tuhan, hidup dipimpin Tuhan dan berjalan bersamaNya. Tidak ada bukti bahwa harus penuh Roh Kudus dulu baru bisa mendengarkan Dia seperti yang diklaim aliran tertentu. Tidak ada catatan Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Daud, Daniel dan yang lain dibaptis Roh Kudus atau berbahasa roh.
Menurut doktrin di Perjanjian Lama hanya 3 golongan ekslusif yang bisa mendengar suara Tuhan: imam, nabi, raja. Tetapi tidak semuanya benar karena di padang gurun Tuhan ingin berbicara kepada semua orang Israel (Ulangan 5:23-28). Jadi Ia ingin berkomunikasi langsung dengan umatNya.
Kalau kita melihat walau ada konsekuensi melawan firman Tuhan dengan memakan buah yang dilarang sehingga Tuhan harus mengusir Adam dan Hawa dari Taman Eden, tidak berarti Dia sudah tidak merindukan ciptaanNya lagi. Ini terbukti ketika Ia menyuruh Musa untuk membangun Tabernakel di padang gurun agar Ia bisa ada di tengah-tengah umatNya. Bukan hanya kepada orang/golongan/suku tertentu, tetapi kepada seluruh orang Israel. Ia menunjukkan Ia bukan Tuhan yang hanya berdiam di sorga, tetapi Ia mau hadir di tengah-tengah umatNya. Ia ingin dekat dengan umatNya. Di padang gurun orang Israel melihat pimpinanNya dalam perjalanan mereka lewat tiang awan di waktu siang dan tiang api di waktu malam. Dan melihat kemuliaan hadiratNya di Kemah Suci. Dia berfirman dari antara tutup pendamaian yang ada di ruang maha suci (Bilangan 7:89).
Kitab Ibrani menuliskan bahwa sebagai umat Tuhan yang ditebus darah Tuhan, kita mewarisi perjanjian yang lebih mulia, lebih tinggi (Ibrani 8:6). Kalau orang Israel di padang gurun bisa melihat secara nyata penyertaan, pimpinan dan pemeliharaan Tuhan, apalagi orang percaya saat ini. Semestinya begitu kan?
Kalau menurut doktrin tertentu hanya nabi, imam dan raja yang bisa mendengar suara Tuhan, tetapi Perjanjian Baru menulis hal yang berbeda. Kalau setelah jaman Musa hanya Imam Besar yang boleh masuk Ruang Maha Suci, itupun satu tahun satu kali (Ibrani 9:7).
Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah. – (Matius 27:50- 51)
Di saat kematiannya, tabir ruang maha suci terbelah, yang hanya Imam Besar yang boleh masuk. Sekarang setiap orang percaya boleh masuk menghampiri tahta kasih karunia karena mereka sekarang adalah para imamat rajani (1 Petrus 2:9)—sistem keimamatan Lewi yang menurut hukum Musa sudah diubah menjadi sistim imamat Melkisedek. Imam Besar kita bukan lagi imam besar manusia, tetapi Yesus sendiri menjadi Imam Besar dan kita sebagai imam-imam. Jadi jabatan pelayanan tidak lagi diwarisi turun temurun, karena tidak ada lagi orang Lewi dan sebelas suku yang lain. Juga jabatan imam tidak mati baru pensiun, nyekel mimbar sampai hembusan nafas terakhir. Tidak ada lagi pemisahan yang dianggap bidang sakral dan sekuler. Tidak lagi dikenal istilah orang awam dan rohaniwan. Semua asal dilakukan dengan sepenuh hati seperti untuk Tuhan adalah pekerjaan untuk Tuhan (Kolose 3:23).
Dalam istilah ilmu hukum, kita sekarang memakai hukum positif Perjanjian Baru. Dan apa yang sudah diatur oleh sistem hukum yang baru otomatis meniadakan butir-butir hukum dan peraturan yang lama. Dan peraturan hukum yang lama tidak berlaku lagi bila ada peraturan hukum baru yang mengatur apa yang diatur sebelumnya. Peraturan hukum yang lama tidak berlaku pada saat peraturan hukum yang baru diberlakukan. Kalau dalam ilmu hukum ketika peraturan itu diundangkan dan dicatat dalam Staatsblad dan barulah peraturan perundangan itu berlaku secara resmi, kemudian dibuat pengumuman dan publikasi dalam Berita Negara. Kalau di Alkitab kita tahu pada saat kematian Kristus, kita masuk ke dalam Perjanjian Baru. Kalau diumpamakan kitab Perjanjian Baru adalah ordonansi barunya sekaligus Staatsblad-nya, maka penginjilan adalah sebagai Berita Negara-nya.
Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya. – (Efesus 3:12)
Jalan masuk “prosagoge” tindakan membawa ke-, pergerakan ke-, akses, mendekat. Di banyak versi terjemahan bahasa Inggris memakai kata akses yang artinya lebih luas dari pada “jalan masuk”. Akses bisa berarti jalan masuk, punya wewenang masuk, hak untuk masuk, koneksi kepada orang, institusi, kekuasaan. Jadi jalan masuk terbuka tiap saat, tinggal kita mau mendekat atau tidak kepadaNya.
Walau setelah kejatuhan Adam dan Hawa telinga dan mata mereka tetap bisa melihat dan mendengar secara supra natural, dan setelah penyaliban Kristus, kita yang di dalam Dia memiliki akses untuk masuk ke hadirat Tuhan, lalu kenapa orang percaya tidak bisa melihat dan mendengar ke alam roh? Bahkan orang-orang yang sudah dibaptis roh, bisa berbahasa roh tidak bisa mendengarkan suara Roh Kudus?
Perjanjian di padang gurun membuat orang Israel menjadi umat Tuhan. Sedang di Perjanjian Baru orang percaya menjadi anak-anakNya dan Tuhan menjadi Bapa mereka. Di padang gurun hanya orang Lewi menjadi imam dan suku-suku lain mempunyai tugas yang berbeda dan ada dalam pengaturan barisan perjalanan menurut aturan keberangkatan tersendiri (Bilangan 10:11, 28). Di Perjanjian Baru semua orang percaya adalah imam-imam dan bisa maju mencari Tuhan tanpa menunggu orang lain.
Dalam perjalanan hidup ini kita selalu diperhadapkan dengan pilihan. Sekalipun hanya ada 2 pilihan, tidak selalu mudah mengambil keputusan, apalagi bisa ada banyak pilihan. Perjanjian Lama dengan jelas memberi kita pengajaran karena di masa itu ada 3 jalan utama yang menghubungkan Mesir dan Kanaan. Tetapi tidak ada satupun jalan itu yang dipilih Tuhan dalam memimpin orang Israel menuju Kanaan. Dia punya jalan sendiri untuk umatNya. Bukankah dengan berjalan di rute yang sudah biasa dilalui akan lebih nyaman dan mudah? Tetapi Tuhan tidak membawa mereka menempuh satupun dari 3 jalan yang sudah ada. Berarti jalan yang dibuat Tuhan bagi orang percaya berbeda dari jalan hidup orang yang tidak dipimpin Tuhan.
Ketika saya masuk padang gurun proses, saya heran dan tidak mengerti mengapa hidup banyak teman sekolah/kuliah saya yang mulus dan lancar-lancar saja. Hidup mereka seperti tidak banyak gelombang, paling ada riak-riak kecil. Ada yang selesai langsung dibukakan usaha oleh orang tuanya, ada yang tinggal melanjutkan usaha orang tua. Ada yang tanpa perlu kerja tinggal mewarisi kekayaan orang tuanya. Sedang hidup saya sejak kelas 6 SD sudah harus kerja. Dan ketika sedang meniti karier dengan uang melimpah disuruh tinggalkan semua masuk ke padang gurun tanpa tanda harus melangkah ke mana. Semua gelap, tidak jelas, suram berantakan dan remuk redam. Usaha saya untuk menyusun bangunan kehidupan untuk masa depan semua hancur—meminjam kata Tuhan Yesus, tidak ada satu batu yang ada di atas batu yang lain.
Sulit sekali saya melewatinya karena saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi atas diri saya. Rasanya karena dosa dan kesalahan saya yang mengakibatkan saya mengalami semua. Ingin share ke teman tetapi saya tidak tahu siapa yang pernah mengalami hal seperti yang saya sedang alami. Ketika cerita ke gembala saya malah dengan enteng dia katakan: “Sudah, lanjutkan saja usaha papamu.” Padahal dengan jelas saya dengar Tuhan suruh saya tinggalkan semua karier. Dan kesaksian di roh saya saya disuruh menunggu. Tidak ada tempat bertanya, tempat meminta bimbingan, jadi bingung, stress, galau, merasa jadi makhluk asing.
Sejak sekolah minggu saya memang bisa melihat dan tahu hal-hal yang akan terjadi. Pernah saya lihat orang sabung ayam, saya bisa melihat mana yang akan kalah. Dari aura warna jenggernya ketahuan yang akan kalah/mati waktu diadu. Saya pernah hitung dari 10 kali ayam diadu, 9 kali yang saya lihat benar. Yang auranya merah muda segar akan menang dan auranya merah tua akan kalah. Dari aura yang saya lihat terpancar dari tubuh seseorang, biasanya bila dalam waktu dekat, saya bisa tahu orang itu akan mati kapan. Bukan berarti saya tahu jam, tanggal dan harinya tetapi berapa bulan ke depan sisa usianya. Tetapi karena saya orang yang sangat acuh dan tidak suka bergaul, saya acuh saja toh bukan anggota keluarga saya, dan tidak saya ceritakan ke orang lain. Ditambah saya suka hutan dan gunung, bukan untuk pergi bertapa atau semedi, tetapi saya suka alam hutan gunung karena hobi dan tidak suka keramaian.
Sejak saya dibaptis Roh Kudus tahun 1988, delapan tahun sejak saja dibaptis selam, saya bisa mendengar dorongan dan suara Roh Kudus dengan jelas. Itulah awal hidup saya porak poranda, remuk redam dan babak belur. Arah, tujuan hidup, cita-cita semua di reset Tuhan, semua program lama diganti program baru. Katakanlah OS symbian di Nokia diganti OS Android, tanpa mengganti hardware unit hp-nya. Tetapi semua hardware manusia lama: hati, iman, persepsi dan pengenalan akan Tuhan masih hardware lama lengkap dengan virus-virusnya, sehingga sangat tidak compatible, sering error, hang bahkan mengakibatkan korsleting. Penggantian hardware lama (pengetahuan tentang Tuhan yang bersifat subyektif) ke hardware baru (pengenalan akan Tuhan yang bersifat obyektif) sangat menyakitkan, dan yang saya rasa itu saat paling berat dan paling meyakitkan dalam hidup saya.
Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. – (Yehezkiel 36:26)
Ciri hati lama adalah hatiku rajaku. Aku hidup, bekerja, bertindak, menurut keinginan, kemauan, kesenangan/sakit hati, dorongan emosi di hatiku. Aku menuruti keinginan hatiku dan harus mencapainya. Roh manusia lama: pembenaran diri sendiri, mencari Tuhan bukan untuk belajar mengerti kehendak Tuhan, tetapi supaya semua dituruti Tuhan. Kelihatannya mencari Tuhan, yang sebenarnya hanya mencari yang kita inginkan dari Tuhan. Kita tidak rindu Tuhan, yang kita rindu dijawab, ditolong, diberkati Tuhan. Datang hanya waktu butuh, tekun hanya karena terpaksa tidak ada pertolongan lain. Masalah selesai, ketekunan juga segera selesai. Tidak ada kasih dan kekariban, yang ada hanya kebutuhan dan keinginan. Tidak ada masalah doa asal, singkat padat jelas, tidak ada quality time dengan Tuhan. Kalau roh yang baru suka duduk di kaki Tuhan, menikmati hadirat dan persekutuan dengan Tuhan. Datang karena mengasihi dan rindu Tuhan. Roh lama memanfaatkan Tuhan, roh yang baru jadi manusia yang bermanfaat bagi Tuhan.
Manusia baru harus 3S:
- Sukses menjadi seperti yang Tuhan rencanakan,Daud sukses menjadi raja seperti yang Tuhan sampaikan lewat nabi Samuel, walau mesti lewat proses belasan tahun yang sangat berat dan menyakitkan (1 Samuel 16:1, 2 Samuel 2:4). Ia sukses melakukan kehendak Tuhan ada jamannya (Kisah Rasul 13:36) dan sukses menerima janji-janji Tuhan untuk keturunannya (1 Raja-raja 8:25).
- Sukses melakukan apa yang Tuhan perintahkan, Saul diangkat jadi raja tetapi tidak sukses melakukan perintah Tuhan sehingga jabatan raja diambil darinya, bahkan janji kepada keturunannya juga dibatalkan (1 Samuel 13:13, 1 Samuel 15:23).
- Sukses mencapai, menikmati apa yang Tuhan sediakan dan janjikan. Orang Israel yang lahir di padang gurun masuk Kanaan dan menikmati apa yang Tuhan janjikan (Yosua 5:12).
Orang Israel yang keluar dari Mesir adalah contoh kegagalan paling lengkap. Mereka gagal melakukan yang Tuhan kehendaki, untuk berjalan sampai Kanaan, mereka gagal menjadi umat yang berkenan dan mereka gagal masuk ke tanah yang mengalirkan susu dan madu yang telah disediakan Tuhan. Di masa kini bisa kita samakan dengan orang yang sudah percaya Tuhan, tetapi tidak melakukan kehendak Tuhan, sehingga mereka tidak menjadi yang Ia rencanakan dan tidak bisa menikmati apa yang Dia sudah sediakan bagi orang percaya. Keluar dari Mesir dan mati merana di padang gurun, tanpa pernah masuk Kanaan.
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. – (Roma 1:2)
Ayat ini sudah jadi ayat hafal luar kepala bagi saya dan bagi banyak orang. Jangan jadi serupa dengan dunia ini sering diartikan jangan jadi penjahat, koruptor, penjinah, penjudi, pemabuk,tukang tilep perpuluhan dan sejenisnya. Apa isi dunia semua orang-jahat? Terus kalau sudah tidak lakukan seperti yang mereka lakukan kita sudah jadi orang yang dikehendaki Tuhan? Kita berasal dari sorga di atas sana dan mereka dari bumi di bawah sini, begitu? Padahal maksud ayat itu tidak seperti itu. Bukankah dunia mengejar kekayaan, ketenaran, kesuksesan dan kenyamanan hidup, penghormatan manusia? Terus kita orang percaya juga mengejar semua itu lewat ibadah. Bukankah kita menjadi serupa dengan dunia; hidup dengan nilai-nilai dunia, yang dikejar dan dihargai dunia.
Lalu Ia berkata kepada mereka: “Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah. – (Lukas 16:15)
Tahu ayat ini tapi yang lain-lain yang terus yang dikejar dan tidak mau bertobat. Piye iki jal?
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. – (Matius 6:33)
Ayat ini ayat umum yang sering kita dengar, dan mudah dihafalkan. Tetapi sering ditafsirkan dan diartikan dari yang paling lucu, sesat dan dan ngawur. Ada yang mengartikan sebagai super aktif di dalam setiap acara ibadah sepanjang minggu yang diadakan gerejanya. Tidak peduli dia hanya jemaat biasa, tidak ambil bagian pelayanan, harus hadir dalam setiap ibadah. Padahal ada gereja yang hampir tiap sore ada kebaktian. Kasian jemaat kalau harus hadir terus. Sehingga orang akan kurang waktu buat anak-anak, keluarga karena ada gereja yang sampai 3-4 kali ibadah diluar ibadah hari Minggu. Ada juga yang mengartikan harus rela dipotong gaji karena pergi ibadah di jam kerja, padahal sudah pergi ibadah hari Minggu. Kalau gaji kecil, dipotong karena pergi ibadah, terus tiap ibadah beri persembahan, awal bulan harus bayar perpuluhan, orang itu disuruh makan nasi putih dan air garam saja? “Percaya saja, Tuhan pasti akan berkati dan lipat gandakan,” itu jawaban klasik yang kita sering dengar. Kalau ente percaya Tuhan akan cukupkan koq ente terus omong ayat persembahan dan terus ingatkan orang untuk beri persembahan? “Itu karena kami rindu anda semua supaya makin diberkati.” Kan orang yang menabur sedikit akan menuai sedikit, terus ente sendiri naburnya ke mana? “Kami juga nabur, jangan katakan kami tidak nabur, kami nabur ke showroom mobil mewah, developer perumahan papan atas, toko jam yang harga milyaran, gitu.” Katanya jangan seperti laut mati yang hanya menerima aliran air sungai Yordan, tetapi tidak mengalirkannya lagi. Jangan mengusik orang yang diurapi Tuhan, jangan sentuh biji mata Tuhan. Lho slogan kami kan anda diberkati – kami kaya raya, anda pelit – kami melarat. Gajah diblangkoni, iso kotbah ndak iso ngelakoni. Kalau meminjam bahasa daerah suku nenek saya aok wah, menang mesak wah kemu, ceket wah kamu ngeraos (ya sudah, kamu memang maunya menang sendiri, pinter ngomong dah kamu).
Kalau mereka kurang dana, tinggal umumkan dari mimbar. Kalau jemaat kurang uang, bahkan mungkin dalam kondisi parah keuangannya, tidak bisa bayarkan anak uang sekolah harus cerita ke siapa? Kalaupun cerita apa uang kas bisa dikeluarkan untuk membantu? Paling disuruh berdoa dan berharap ke Tuhan. Berapa kali kita harus hadir ibadah di gereja dalam seminggu supaya dianggap tidak mengejar hal-hal dunia dan mencari Kerajaan Allah?
Kerajaan Allah dan kebenarannya, kata “dikaiosune” yang diterjemahkan kebenaran, menurut Thayer’s Greek Lexicon berarti keadaan yang seharusnya, dalam kebenaran, dalam kondisi berkenan kepada Allah, doktrin tentang cara seseorang untuk mencapai perkenan Tuhan, integritas, kemurnian, ketepatan/kebenaran dalam pikiran, perasaan dan tindakan, keadilan, memberikan setiap orang apa yang menjadi haknya. Orang yang mengaku Yesus adalah raja harus berusaha untuk mencapai dan bisa melakukan hal-hal ini.
Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh – (Galatia 5:25)
Ada hal yang bisa kita pilih dan putuskan menurut analisa akal budi kita. Ada hal yang dengan mudah tidak akan kita lakukan karena itu melanggar firman Tuhan. Tetapi ada hal-hal yang sulit diputuskan atau kalau salah membuat pilihan akan berkonsekuensi sangat berat di kemudian hari dan kita tidak sanggup membayar harga kesalahan yang kita buat. Atau dalam hal apa kehendak Tuhan yang Dia ingin kita lakukan kepada orang tertentu dalam situasi tertentu. Seorang pengusaha minta bertemu sekaligus mengundang makan malam. Ketika itu Roh Kudus katakan; “Bantu saudaramu.” Dia katakan memang saudara perempuannya butuh dana sekitar 250 juta untuk mengirim anaknya kuliah di luar negeri. Jadi dia harus membantu saudaranya—terlepas dari dia yakin saudaranya bisa kembalikan atau tidak, istrinya setuju atau tidak. Inilah yang disebut perintah dan tuntunan Roh Kudus. Dan kemudian saya dengar dia menang tender proyek. Tuhan tidak pernah berhutang bila itu memang perintahNya, bukan perintah manusia.
Di satu ibadah saya dapat pesan buat seorang ibu tentang jam tangan yang dia harus berikan kepada seorang ibu berpostur kecil. Saya jelaskan bentuk jam yang saya dapat dalam penglihatan, dan dia katakan itu jam mahal yang dia beli waktu ke Jepang. Tetapi ibu postur kecil mungil dia tidak kenal dan tidak ada gambaran siapa yang di maksud. Dari kesaksiannya kemudian, tidak lama dia bertemu ibu berpostur mungil itu. Ibu itu pelayanan anak jalanan dan gelandangan. Dia perhatikan ibu itu memang tidak memakai jam tangan. Dia tanya ke ibu itu kenapa tidak pakai jam tangan, apa tidak suka pakai jam tangan. Ibu itu cerita dia punya jam tangan tetapi rusak dan dia belum punya uang untuk perbaiki atau beli penggantinya. Jadi jam mahal itu harus diserahkan ke ibu yang melayani anak jalanan dan gelandangan. Tidak boleh belikan jam lain atau ditukar.
Di satu ibadah raya minggu, setelah pemberitaan firman seperti yang biasa saya lakukan, saya berdoa buat pesan-pesan khusus Tuhan. Waktu doa saya diberi lihat anak gadis naik sepeda mini, ukuran sepedanya sudah kekecilan ditinjau dari postur tubuhnya. Jadi saya sampaikan penglihatan ini ke jemaat, seorang ibu dengan pakai sederhana berdiri, saya tanya siapa yang naik sepeda kecil itu. Dia tunjuk anak gadisnya yang seumuran SMP kelas akhir atau SMA kelas awal. Dia belum punya uang untuk beli sepeda besar. Jadi anaknya masih pake sepeda dari masih di SD. Saya katakan kita butuh Rp600.000 untuk memberikan ibu ini agar bisa beli sepeda untuk anaknya. Karena tahun itu harga sepeda yang dengan gigi peseneling sekitar Rp600.000. Saya butuh 2 orang saja masing-masih Rp300 ribu untuk memberikan ibu itu agar bisa belikan anaknya sepeda baru, tidak ada yang angkat tangan. Saya katakan kalau tidak ada saya butuh 3 orang masing-masing Rp200 ribu, tidak ada satupun angkat tangan, semua diam, bahasa Hokiannya “ti gong(masa bodoh)”. Akhirnya saya katakan saya ngisi 3 sesi hari ini, jadi tolong uang PK saya dipotong dan berikan Rp600 ribu ke ibu itu. Di Mesir di Bukit Almokattam gereja yang digali ke dalam bukit batu yang disebut gereja sampah karena jemaatnya dari komunitas yang rata-rata kerja barang rombeng. Saya beberapa kali bawa rombongan ke sana. Waktu itu kami kumpulkan persembahan untuk diserahkan ke gereja, ada keluarga yang cuma kasih 1 US dollar. Sungguh keterlaluan karena mereka orang kaya. Jemaat yang saya layani hari minggu itu mobilan semua tapi Rp600 ribu tidak ada yang tergerak untuk membantu sesama jemaat. Jadi tidak perlu ke Kairo untuk mengunjungi gereja sampah, yang dekat juga ada. Sejak itu saya tidak pernah diundang lagi pelayanan di gereja itu karena dicap sebagai pengacau. Kalau saya katakan Roh Kudus suruh berikan kepada saya itu pasti sesat. Tetapi itu untuk jemaat mereka sendiri yang memang butuh. Pelayanan-pelayan yang melibatkan Roh Kudus akan lebih mempermuliakan Tuhan Yesus karena membuktikan bahwa benar Dia hidup, peduli, mengasihi dan mengetahui keadaan dan kebutuhan anak-anakNya.
betapa lebih besarnya lagi kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh! – (2 Korintus 3:8)
Dan tidak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik.” – (Lukas 5:39)
Betapa sulitnya mengubah pola pikir lama yang sudah mapan melekat untuk menerima hal-hal baru dari Tuhan. Orang nyaman dengan kebiasaan lama dan tidak nyaman dengan perubahan, sekalipun itu dari Tuhan.
Sekarang setelah jalan masuk Dia buat, adakah kita mau datang kepadaNya. Kalau Dia bertanya “Dimanakah engkau?” apakah kita jawab sebentar Tuhan, belum ada masalah yang urgent, kalau ada aku pasti datang kepadaMu. “Dimanakah engkau?” Sabar Tuhan, semua masih berjalan lancar sesuai rencana, kalau mentok tidak ada jalan keluar aku akan berlutut di kakiMu, memohon Engkau campur tangan sehigga aku bisa melanjutkan mengejar obsesiku. “Dimanakah engkau?” Aku masih muda, sehat, makmur Tuhan. Kelak kalau sudah tua renta tidak berdaya, sakit-sakitan, akan akan menyiapkan diri untuk bertemu denganMU. “Dimanakah engkau?” Lha Engkau kan tahu semua kebutuhan, keinginan dan harapanku, masakan aku perlu duduk di kakiMu menceritakannya lagi? Kirim dan transfer aja semua Tuhan. “Dimanakah engkau?” Negara kami masih aman Tuhan, kami belum perlu perlindunganMu.
“Seperti mereka tidak mendengarkan pada waktu dipanggil, demikianlah Aku tidak mendengarkan pada waktu mereka memanggil, firman TUHAN semesta alam. – (Zakharia 7:13)
Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! – (Yesaya 55:6)
Dimanakah engkau?