Ngibur atau Ngibul

Belakangan ini beberapa teman yang pernah dekat dengan saya menghubungi saya untuk ngobrol-ngobrol dan ujung-ujungnya nanya penyataan Tuhan. Di akhir malah mau menyerahkan telpon ke temannya yang mau bicara dengan saya. Karena sudah online hampir satu jam dan saya ada aktivitas lain, saya mengakhiri pembicaraan. Inti dari pembicaraan panjang itu saya sampaikan sekarang saatnya untuk mengubah motivasi dan tujuan mencari Tuhan, serta aktivitas-aktivitas yang kita lakukan “untuk” Tuhan.

Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa Tuhan mengetahui apa yang ada di hati manusia dan di hadapanNya tidak ada yang tersembunyi (Ibrani 4:13). Jadi orang lain hanya bisa melihat “kulit” dari semua yang kita kerjakan dan memuji kita—kita bisa menutupi movitasi dan tujuan sebenarnya dari apa yang kita lakukan. Tetapi Tuhan tidak mungkin tertipu dengan indahnya bungkus/packingnya, Ia melihat langsung ke isi dasar hati yang paling dalam.

Istri dari pemimpin persekutuan yang selama 8 tahun lebih saya layani di kota yang sama dengan yang menelpon saya, pernah menanyakan kepadanya mengapa di persekutuannya hanya mengundang orang-orang yang bernubuat dan doa-doa pribadi, tanpa mengundang orang-orang untuk memberikan pengajaran yang sehat dan benar. Dia jawab karena itu yang dibutuhkan jemaat.

Sejak dipanggil untuk meninggalkan karier tahun 1990 dan melayani penuh waktu dari tahun 1998, saya melihat beraneka motivasi dan tujuan orang dalam pelayanan. Ada yang pelayanan karena kata pemimpinnya harus melayani, sehingga lebih banyak sibuk pelayanan sampai melalaikan usahanya, yang berakibat usahanya nyungsep dan mulai menghadapi kesulitan. Ada yang melayani karena merasa terpanggil. Ada yang melayani karena dia hidup di lingkungannya yang bila hanya jadi jemaat biasa dianggap tidak cinta Tuhan. Ada yang melayani karena melihat orang-orang yang dulunya biasa saja ekonominya/nyaris bangkrut, setelah pelayanan jadi kaya raya, dengan jam tangan milyaran, mobil built up eropa, rumah mewah, apartemen di luar negeri dll. Ada juga yang pelayanan bercampur motivasi seorang social climber.

Dua pelayanan terakhir sangat jelas nampak dari ciri-ciri yang bisa mudah diliat. Karena motivasinya untuk pribadi entah ketenaran, kesuksesan materi, maupun hormat manusia maka mereka 100% menjadi man pleaser bukan God pleaser. Mereka akan berusaha membuat semua orang nyaman, senang dan ingin datang lagi. Fokusnya pada kuantitas yang hadir semata bukan pada kualitas—jumlah besar adalah visi utama, dan tercapainya obsesi pribadi adalah misi utama. Maka apapun yang dikerjakan pertimbangan utama adalah jangan sampai yang hadir merasa terusik kesenangan dan kenyamanannya, sehingga tidak datang lagi bahkan mempengaruhi yang lain untuk ikut tidak hadir lagi. Buat mereka merasa nyaman, dan jangan pernah menyinggung tentang dosa, kenajisan, atau kehendak, apalagi perintah Tuhan. Obral saja setiap saat janji-janji Tuhan dari mulai pelayanan didirikan sampai Tuhan Yesus datang.

Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. (Galatia 1:10)

New Living Translation menterjemahkan kata: Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus, dengan kalimat yang luar biasa: If pleasing people were my goal, I would not be Christ’s servant.

Jadi orang-orang dengan goal/tujuan menyenangkan manusia tidak akan (pernah) menjadi hamba Kristus. Mereka diperhamba oleh keinginan mereka sendiri walau sepertinya melayani Tuhan. Fakta dan realita sebenarnya mereka sedang melayani keinginan perut mereka sendiri.

Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya. (Roma 16:18)

Ketika kami di SMP dan SMA banyak suster dan frater yang menjadi guru kami. Dan bila ada suster atau frater yang tegas dan disiplin terhadap kami, maka kami di antara sesama murid pasti akan mengatakan guru kami itu pasti patah hati, ditinggal pacar terus jadi suster/frater, karena frutrasi maka galak kepada murid-muridnya.
Itu pendapat dan pandangan kami ketika kami belum dewasa. Yang walau sebagai murid yang tugas utamanya belajar sangat banyak yang tidak menyukai jam pelajaran. Yang lebih disuka jam istirahat, bersukacita bila ada jam kosong karena guru berhalangan dan yang paling ditunggu adalah jam pulang.
Persepsi kami yang masih kekanak-kanakan walau kaki tangan sudah berbulu, kumis, sudah keluar, suara sudah berubah, suster dan frater karena mereka menyerahkan hidup kepada Tuhan untuk melayani Tuha dan sesama, mereka harus lemah lembut, tidak boleh marah, cendrung permisif dan longgar kepada kami. Kami tidak menyukai yang tegas dan disiplin.

Setelah dewasa kami mengerti tanpa ketegasan dan kedisiplinan mutu pendidikan akan hancur dan hanya menghasilkan orang-orang tanpa kompetensi dan karakter yang buruk. Sekolah yang disiplin dan tegas umumnya adalah sekolah yang bermutu.

Hal yang sama juga terjadi di bidang rohani. Ketika saya remaja ada beberapa kali gereja kami kedatangan pengkhotbah dengan tema pengajaran yang keras. Saya merasa mereka pendeta yang penuh kepahitan, di mimbar koq marah-marah dan bicara menegur, menyinggung dosa, menyuruh jemaat taat dan bertobat. Setelah dengar khotbah jenis begini bikin kita merasa tidak berarti, masih penuh dosa dan kekurangan. Sehingga yang sebelumnya seperti balon mekar menggelembung penuh iman percaya diri untuk nuntut Tuhan bersegera menggenapi semua janjiNya karena merasa sudah hidup benar, sekarang seperti balon kempes kehabisan angin.

Tanpa pengajaran yang sehat maka kita tidak bisa bercermin untuk melihat keadaan kita yang sebenarnya. Dan ketika saya pelayanan hal yang sama terjadi, saya dituduh penuh kepahitan ketika menyampaikan firman pengajaran—kena pasal hukum tabur tuai.
Tetapi kalau khotbah dengan tema berkat, kekayaan duniawi, percepatan, promosi Tuhan, terobosan, mujizat, maka mereka akan tepuk tangan tangan terus dan kata “Amin, Haleluya, Puji Tuhan” akan bergema sepanjang ibadah. Membuat mereka merasa berarti, sudah memenuhi syarat dan ketentuan Tuhan, dan sekarang mereka sedang menunggu Tuhan untuk menjawab dan menggenapi semua janjiNya. Jangan membuat mereka terusik dengan dosa, yang harus mereka tinggalkan, kekurangan yang harus mereka perbaiki, karakter yang harus dirubah, motivasi yang harus dibersihkan, ujian dan kesulitan yang mereka harus lulus atasnya, dan iman yang harus teruji dan semakin dimurnikan.

Such teachers are not working for our Lord Jesus Christ but only want gain for themselves. They are good speakers, and simple minded people are often fooled by them. (Roma 16:18, The Living Bible)

Terjemahannya: pengkhotbah/pengajar/pelayan seperti itu tidak melayani/bekerja untuk Tuhan kita Yesus Kristus tetapi hanya mengingini keuntungan bagi diri mereka sendiri. Mereka ada para pembicara yang keren, dan orang-orang yang berpikiran sederhana/tulus sering digoblokin/ditipu mereka.

Ketika saya melayani di satu negara Eropa ada yang mengangkat tangan ketika saya sharing Firman menanyakan tentang menantikan Tuhan. Dia minta penjelasan yang detail apa definisi menanti dan bagaimana praktek menantikan Tuhan. Apakah hanya diam menunggu tanpa bekerja, apakah tetap bekerja sampai Tuhan beri petunjuk atau jawaban, atau bagaimana.

Pengkhotbah sekarang lebih banyak sebagai orator dan tidak berbeda dengan kebanyakan motivator, dan yang paling berbahaya yang bermotivasi kotor. Fokus mengajar jalan-jalan mencapai sukses materi bukan mengajarkan jalan-jalan Tuhan. Saya pernah mendengar ada pengkhotbah yang mengatakan Yusuf bermimpi jadi orang penting/hebat maka saudara harus juga punya mimpi untuk menjadi orang besar/hebat/sukses. Kelihatannya tidak ada yang salah. Tetapi seperti ayat di Roma 16:18 orang-orang yang tidak berpikiran kritis, pikirannya terlalu sederhana, atau IQ nya tidak membuat dia mampu berpikir normal, biasanya sering tertipu dan digoblokin mereka.

Yusuf mendapat mimpi berupa penyingkapan rencana Tuhan di hidupnya. Yusuf tidak pernah bermimpi (bercita-cita) jadi orang besar! Jadi jelas berbeda kalau kita punya mimpi/cita cita pribadi. Kebanyakan mimpi besar bisa bikin orang kesasar, ketika gagal ribut menyalahkan sana-sini melebihi pasar, karena mempercayai janji-janji dan pengajaran tanpa dasar.

Ketika pandemi covid-19 mulai merebak dan banyak yang melayani Tuhan kena tular dan meninggal, ada polemik antar pendeta tentang penyataan satu pendeta yang katanya disuruh Tuhan menengking covid-19 dan krisis ekonomi. Kemudian ada pendeta lain yang sesinode dengan pendeta yang membuat statement mendapat tugas menengking covid-19, ikut terjun gelanggang bersama anaknya menyerang pendeta yang berpendapat berbeda dan membela rekan sesinodenya. Jadi keroyokan dah, kayak film silat.

Waktu kecil saya ingat waktu nonton Bruce Lee, Chen Sing, Ti Lung, Chen Kuan Thay, David Chiang, Wang Chung, Fu Shen,Lo Lieh, Jackie Chan, sampai Jet Li, yang tiap main film selalu dikeroyok puluhan orang. Kita lagi omong film ya, jangan diasosiasikan ke yang lain-lain.

Di tengah pandemi ini umat Tuhan memang butuh penghiburan dan kekuatan. Tetapi penghiburan yang disampaikan haruslah penghiburan yang benar Alkitabiah bukan pengibulan. 1 Tesalonika 4:13-18 Adalah contoh penghiburan yang benar. Paulus menyampaikan apa yang akan terjadi pada kematian orang yang dikasihi dan apa yang akan terjadi pada orang yang ditinggalkan mati. Paulus tidak menghibur dengan mengatakan yang meninggal akan bangkit pada hari ketiga seperti Yesus, jadi jangan sedih. Atau yang meninggal sedang menghadap Tuhan Yesus untuk menerima tugas baru, besok atau lusa dia akan hidup kembali dengan urapan dan pemakaian Tuhan yang lebih dahsyat dari sebelumnya, jadi jangan dikuburkan.

Seringkali dengan alasan penghiburan, memberi kekuatan, membawa kabar baik, pertimbangan manusiawi penghiburan berubah menjadi pengibulan yang menyakitkan bahkan berakhir dengan hukuman Tuhan. Tidak ada alasan untuk white lie dengan alasan apapun.

Nabi Hananya seakan mengabarkan berita baik bahwa pembuangan bangsa Israel akan berakhir dalam waktu 2 tahun bukan 70 tahun seperti yang dikatakan nabi Yeremia (Yeremia 28:10-17). Bukankah ini berita yang menghibur dan memberi semangat dan kekuatan kepada orang Israel daripada apa yang disampaikan Yeremia? Berita mana yang akan disambut suka cita dan pujian ucapan syukur kepada Tuhan? Berita dari Yeremia? Pasti bukan.
Bukankah jemaat butuh penghiburan? Jadi berikan yang mereka butuhkan, bukan apa yang Tuhan ingin sampaikan kepada mereka. Yang penting mereka hepi. Hehe, nabi palsu sejak beberapa ribu tahun lalu memang lebih dipercaya daripada nabi Tuhan. Karena nabi palsu bicara sesuai keinginan dan harapan umat bukan sesuai pesan Tuhan. Mereka bicara dari rekaan hatinya sendiri.

Nabi Zedekia bin Kenaana juga menghibur, memberi semangat, mendukung rencana raja Ahab, mendoakan dan menubuatkan kesuksesan dan kemenangan raja Israel dan Yosafat yang berencana merebut kembali Ramot Gilead dari orang Aram? Bukankah hamba Tuhan mestinya mendukung rencana umat Tuhan, mendoakan dan menubuatkan keberhasilan atas apa yang direncanakan? Bahkan kalau perlu membuat demonstrasi profetik untuk meyakinkan umat bahwa semua akan terjadi seperti yang dikatakan. Tidak boleh “memadamkan roh”, semangat umat terhadap apa yang mereka ingin usahakan/kerjakan? (1 Raja-raja 22:1-40).

Ahab yang jahat membenci Mikha bin Yimla karena tidak pernah menubuatkan yang baik bagi dirinya. Tetapi yang aneh Ahab sendiri mengakui bahwa Mikha bin Yimla adalah orang yang bisa dimintai petunjuk Tuhan (ayat 8). Jadi walau Ahab mengakui dari mulut Mikha ada pesan Tuhan, tetapi pesan-pesan itu tidak sesuai harapan dan keinginannya, sehingga ia lebih suka mendengarkan nubuatan dari para nabi palsu peliharaannya. Orang jahat suka mendengar nubuat palsu yang enak di telinga walau tidak akan terbukti. Orang benar akan mendengarkan pesan Tuhan sekalipun itu bukan pesan yang menyenangkan, bahkan sekalipun berlawanan dengan rencana dan harapannya.

Alangkah hampanya penghiburanmu bagiku! Semua jawabanmu hanyalah tipu daya belaka! (Ayub 21:34)

New Living Translation :
How can you comfort me when your whole premise is so wrong? (bagaimana engkau hendak menghibur aku, bila semua penyataan/ kesimpulan/asumsi/ hipotesismu semuanya salah?)

Belasan tahun lalu teman sepelayanan saya pernah bercerita bahwa ia pernah usaha kayu di Sampit. Sebelum usaha ia bertanya kepada seorang hamba Tuhan, dan disuruh lanjutkan rencana itu. Ketika ia usaha terjadi kerusuhan di Sampit, dan ia menderita kerugian besar. Sampai menghembuskan nafas terakhir ekonominya tidak pernah pulih dari kerugian itu. Ini contoh nyata penghiburan palsu yang merugikan orang.

Teman sehobi saya safari ke Bengkulu, Kalimantan, diajak temannya usaha batubara. Dia meminta masukan saya tentang rencana ini, waktu saya bawa dalam doa saya dapat penyataan bahwa dia tidak boleh melanjutkan rencananya. Waktu saya sampaikan dia beragumen bahwa temannya sukses besar lewat usaha ini dan secara modal temannya tidak butuh dia karena sudah jadi pengusaha besar. Tetapi temannya mau menolong dia agar lebih sukses lagi dengan ikut kerja batu bara. Saya jadi kehabisan omong karena dia ngotot kerja batu bara dengan didukung ajaran orang-orang keren terkenal dalam dan luar negeri, mungkin tinggal diperkenalkan ke luar angkasa, yang dia ikuti bahwa tahun itu adalah tahun ayin … yang berarti jaminan sukses. Tahun pelipat gandaan, tahun terobosan, tahun mbuh maneh opo iki, ono ono wae. Dengan memakai cara-cara aneh yang diajarkan tokoh-tokoh yang dia jadikan panutan dia terjun usaha batu bara. Membawa bendera, minyak, dan unsur-unsur yang melebihi ilmu silat yang hanya mengenal “ngo hiong” (lima unsur) dan dibekali ilmu untuk berbicara kepada tanah untuk mengeluarkan batu bara yang ada di dalamnya. Semua ritual dia lakukan seperti yang diajarkan tetapi dalam dua tahun, jangankan balik modal, laptop kantor nya pun tidak balik. Semua amblas rugi.

Istri seorang pengusaha bercerita kepada saya, bahwa suaminya menderita kerugian beberapa ratus milyar ketika men-takeover sebuah perusahaan. Sebelumnya suaminya sudah bertanya kepada seorang hamba Tuhan, dan hamba Tuhan itu menyuruhnya melanjutkan takeover itu. Akibatnya kerugian yang saya baca di koran hampir 1 trilyun. Itu hampir 20 tahun yang lalu. Jumlah yang sangat fantastis. Saya membayangkan andai uang itu dipakai untuk membantu hamba Tuhan di pelosok maka puluhan ribu dari mereka akan punya tempat ibadah yang layak, pastori yang layak, dan kehidupan yang layak.

Berhati-hatilah menjadikan siapa panutan, idola, meminta nasehat dan pendapat dalam hidup ini. Pengibur atau pengibul, motivator atau motivasi kotor, hanya orator atau pengajar agar hidup bersih dari kotoran.

My conscience is clear, but that does not make me innocent. It is the Lord who judges me. (1 Korintus 4:4, New International Version)

Terjemahan Berean Study Bible:
My conscience is clear, but that does not vindicate me. It is the Lord who judges me.

Sekalipun kita mengklaim apapun yang kita lakukan berasal dari hati nurani yang murni, berhati-hatilah, karena itu tidak membebaskan kita dari hukuman. Karena Tuhanlah yang akan menghakimi kita kelak.

Orang-orang yang datang kepada kita ingin mendengarkan perkataan yang datang dari Tuhan, bukan telaah, rekaan hati kita sendiri. Kita hamba Tuhan membawa dan menyampaikan pesan Tuhan. Mereka datang ke kita karena kita hamba Tuhan. Dan apa yang kita sampaikan mereka anggap itu semua dari Tuhan. Karena itu haruslah semuanya benar-benar kita dengar dari Tuhan.

Ingat penghakiman akan dimulai dari kita sebelum Dia menghakimi dunia (1 Petrus 4:17).

A man pleaser cannot be true to God, because he is a servant to the enemies of his service; the wind of a man’s mouth will drive him about as the chaff, from any duty, and to any sin. Richard Baxter