Hidup Seperti Apa yang Sedang Kita Jalani
Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak. Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN. (Ulangan 8:2-3)
Alkitab menyatakan bahwa ada Yesus yang lain, roh yang lain dan Injil yang lain (2 Korintus 11:4). Amos juga sudah menubuatkan bahwa akan ada kelaparan mendengarkan Firman Tuhan, yang walau dicari ke mana-mana tidak ditemukan (Amos 8:11-12).
Pada dekade 1980 kebanyakan khotbah dan seminar tentang akhir jaman, yang diperkirakan akan terjadi ketika masuk milenium baru. Seminar-seminar dengan peta jaman yang membagi 7000 tahun kehidupan di bumi dimulai dari Adam ke Abraham 2000 tahun, Abraham – Tuhan Yesus 2000 tahun , dari Kedatangan Pertama sampai Kedatangan ke-dua 2000 tahun, kemudian masuk 1000 tahun Kerajaan Damai. Semua seakan datang dari pewahyuan karena didukung ayat-ayat, peta jaman, dan lain-lain. Tetapi sejalan berlalunya waktu ternyata semua hanya berdasar penafsiran intelegensia manusia belaka. Inilah bahaya Firman Tuhan ditafsirkan sehingga menjadi seakan suatu kebenaran mutlak, yang ternyata hanya berupa penafsiran yang bisa tidak akurat.
Tentang nubuatan Amos saya ingat betul banyak pengkhotbah yang mengatakan bahwa nanti Firman Tuhan akan diangkat, semua tulisan di Alkitab akan lenyap. Alkitab kita akan jadi kertas kosong tanpa tulisan. Ingat awal dekade 80 belum ada komputer, saya baru pake komputer di kantor di akhir 80-an dengan DOS dan Wordstar. Processor komputer pun baru type 286 sx, dan printer dot matrix Epson 800. Perintah-perintah komputer mesti dihafal seperti Control KK, control KB, sebelum ada Windows 3.1. Jadi mereka tidak menyebutkan bahwa file-file dan program Alkitab di hape, flash disk, hard disk, SSD juga akan lenyap tanpa bekas karena belum ada waktu itu.
Jadi orang percaya disuruh banyak baca Alkitab untuk mengingatnya karena semua tulisan Firman Tuhan akan lenyap. Kalau sekarang kita renungkan tentu saja tidak seperti itu yang dimaksudkan, karena akan bertentangan dengan Firman Tuhan bahwa tidak ada satu iota yang akan hilang, walau langit dan bumi akan berlalu.
Kita bisa mengerti apa yang dikatakan Amos bahwa akan datang masanya firman Tuhan yang benar dan murni menjadi barang langka di bumi. Walau dalam ibadah disampaikan, tetapi bisa jadi merupakan apa yang dikatakan Rasul Paulus, yang diberitakan Yesus yang lain, yang di roh yang lain, dan Injil yang lain.
Yesus yang lain: Yesus yang menuruti semua kemauan pengikutnya, mengabulkan semua keinginan umatnya. Yesus yang menawarkan kesuksesan duniawi bagi pengikutnya. Hidup berjalan mulus tanpa hambatan, melaju kencang mengejar obsesi pribadi dengan prinsip gas poll, rem doll. Gubrakkkkkk.
Inti pengajarannya: sukses, miskin jadi kaya raya, yang kaya jadi konglomerat, yang jadi konglomerat jadi “tuhan” ditakuti dan dituruti si hamba uang, didengarkan dan ditaati, dijadikan “tuhan” dengan syarat mau jadi ATM hidup. Hidup lancar, semua beres, asal rajin memberikan jatah preman (persembahan). Kalau tidak memberi jatah preman maka hidup akan sengsara, usaha segera bangkrut, kena penyakit yang mematikan. Yesus digambarkan sebagai jin yang harus terus diberi sesaji uang persembahan dan taburan. Selama sesaji lancar semua aman sentosa, bisa tidak beri sesaji maka semua hancur lebur. Itu bukan Yesus dari Nazaret, tapi yesus mbuh.
Roh yang lain: Yesus sejati melayakkan kita memanggil Allah; Abba, Bapa. Kita menjadi anak, bukan jadi “tuannya” Tuhan. Tetapi tidak sedikit telinga kita mendengar khotbah yang menempatkan Yesus sebagai hamba serba bisa yang akan menuruti semua perintah kita dan Allah hanya sebagai kasir surga untuk mengabulkan semua keinginan kita.
INGAT! Dia tuan dan kita hamba, jangan terbalik.
Dia seakan tidak punya rencana, standar karakter, kekudusan pada anak-anakNya, yang ada Dia hanya sebagai pendengar yang baik akan segala maunya kita, dan pemberi yang bersegera. Komunikasi dengan Tuhan yang searah, kita yang bicara terus dan Tuhan mendengarkan terus dan terus mengiyakan semua keinginan kita.
Dia Yesus Raja, bukan yesus kuli.
Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. (2 Timotius 1:7)
Yesus dari Nazaret tidak pernah menjadikan persembahan sebagai ajaran utamanya. Dan ia tidak pernah memakai ketakutan sebagai alat untuk mendapatkan apa yang Ia inginkan; mengancam orang dengan hukuman, petaka, penyakit, bila tidak memberi persembahan. Atau menjanjikan kesuksesan materi bagi yang menabur banyak.
Keempat Injil tidak pernah mencatat satupun kejadian Yesus menyuruh orang Israel membawa persembahan kepadaNya. Bahkan uang tunaipun Ia tidak bawa (Matius 17:27). Beda dengan yang mengaku hamba Yesus, kalau perlu semua kantong kembung keras dengan segala macam persembahan dan semua uang dikuasai sendiri, walau ada yang namanya bendahara, ada posisi, tidak jarang dia hanya pajangan tanpa fungsi, walau selalu hadir pakai dasi.
Roh yang membangkitkan kekuatan; membuat orang percaya mampu melakukan kehendak Tuhan, bisa melewati proses sampai memakai pakaian baru (2 Kor 5:4), menang atas kesukaran dan kesulitan yang harus diderita orang yang ingin masuk Kerajaan Allah (Kisah 14:22).
Roh yang membangkitkan kasih: kita tahu ada banyak banyak jenis kasih: eros, philia, storge dan agape. Dan kata kasih di dalam bahasa aslinya dipakai kata agape. Mengasihi Tuhan bukan karena Dia bisa memberikan semua yang kita inginkan, membuka dan meluruskan jalan sehingga semua cita-cita kita tercapai. Tetapi mengasihi Dia dengan murni karena dia Allah.
Bukan karena kita bisa memanfaatkan dan menggunakan Dia bagi kepentingan kita. Agape bukan mengasihi sebagai lip service tetapi dibuktikan dengan tindakan-tindakan kasih, termasuk melakukan charity (perbuatan kasih) kepada sesama.
Roh yang membangkitan ketertiban: sophronismos yang berasal dari kata kata kerja sophroneo, dari akar kata sozo (sos artinya sehat, selamat) dan phren (pikiran, akal budi).
Kata sophroneo dipakai 6 kali di Perjanjian Baru.
1.
Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras (sophroneo) orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka. (Markus 5:15)
Orang Gerasa ini hidup liar, suka teriak sembarangan, tidak bisa dikekang dengan apapun dan suka menyiksa diri. Walau ia yang mendatangi Yesus tetapi ia berkata; “Apa urusanMu dengan aku, …” Sama persis dengan keturunan orang Gerasa ini yang hidup di akhir jaman, mereka tidak mau diurus Yesus; pola pikir, pola hidup, perilaku, karakter dan dosa-dosanya. Yesus hanya disuruh mengurusi masalahnya, utangnya, ekonominya, penyakitnya. Tidak usah heran khotbah yang menegur dosa, membongkar kesalahan, mereka paling tidak suka. Mereka hanya membuka telinga buat janji-janji Tuhan saja. Teguran? Nehi, no, non, tidak.
“Jangan menyiksa aku, …” padahal dia tinggal di pekuburan dan menyiksa dirinya dengan memukuli diri pakai batu. DNA orang Gerasa adalah masih suka dekat dengan apa yang sudah tiada dan berlalu yang mestinya dikubur dari ingatan dan kehidupannya. Ia tidak bisa move on dari masa lalu. Mungkin ada pembaca yang masih keturunan orang Gerasa ini?
Siksaan bukan datang dari Tuhan, tetapi sering kali karena pikiran kita tidak bisa melepaskan semua ingatan tentang masa lalu terutama semua yang manis; kesuksesan, pencapaian , harta, karier dll.
Di satu fase kehidupan saya pernah mengalami penyakit “gerasa” seperti ini. Saya sudah meninggalkan pekerjaan dan karier, saya sudah mentaati dia dengan menolak tawaran untuk ditempatkan di kantor cabang New York dan Los Angeles. Saya sudah menolak untuk mengelola investasi teman yang seperti bapak angkat bagi saya di Amerika. Teman saya adalah mantan CEO sebuah perusahaan multinasional, yang memilik banyak saham di perusahaan-perusahaan dunia.
Ketika saya mengunjungi dia di rumahnya di pegunungan Pyrenee, Perancis Selatan, dia menawarkan saya untuk mengelola investasinya di Amerika. Karena Tuhan katakan tidak boleh meninggalkan Indonesia, saya menolak tawaran itu dan kembali ke Indonesia. Saya sudah melayani Dia keliling pedalaman demi pedalaman, saya sudah …, saya sudah …, saya sudah. Tetapi keadaan saya tidak jelas, hidup luntang lantung, status tidak jelas, pelayanan tidak jelas, penghasilan tidak jelas. Rasanya saya sudah memberi diri kepada Tuhan terlalu banyak, tetapi hidup saya status tidak jelas sebagai apa. Dan pada saat itulah ada kekecewaan yang sangat besar kepada Tuhan. Saya hidup di pekuburan, yang sudah berlalu saya ingat-ingat terus. Saatnya sembuh dari penyakit tinggal di pekuburan.
I thought I have given everything, and got nothing in return.
Iman harus bisa melihat melewati kegelapan walau masa lalu sepertinya terang, dan masa depan masih tertutup kabut tebal, percayalah masa depan lebih cerah dari masa lalu yang kita tinggalkan demi Kristus.
2.
Dan keluarlah orang-orang untuk melihat apa yang telah terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan mereka menjumpai orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu duduk di kaki Yesus; ia telah berpakaian dan sudah waras. Maka takutlah mereka. (Lukas 8:35)
Kristen yang waras adalah Kristen yang duduk di kaki Yesus, bukan Kristen yang berlagak seakan-akan dia Yesus, sok kuasa melawan covid-19, dan tidak lama mati karena covid-19. Mengklaim bisa menyembuhkan pasien covid-19, waktu diajak ke rumah sakit untuk mendoakan pasien covid langsung dia berkelit dan menghilang.
Kristen yang duduk di tahta Yesus dan memerintah Yesus macam-macam. Mendudukkan diri dengan benar sebagai hamba dan meninggikan Yesus, bukan meninggikan diri memakai Yesus. Apalagi menjual Yesus dan ayat-ayatNya untuk memperkaya diri dan keluarganya dengan memiskinkan orang-orang lain.
3.
Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. (Roma 12:3)
Terjemahan bahasa Inggris menguasai diri = sound judgement = penilaian yang sehat, wajar. Seringkali kita merasa sudah taat, sudah tekun, sudah rajin berdoa, sudah beriman, sudah berubah, dan lain-lain penyakit “sudah” Sehingga kita merasa sudah layak dipromosikan, layak dijawab, layak diberkati, layak ditolong. Padahal semua itu kita memakai ukuran kita sendiri, bukan ukuran di mata Tuhan. Sehingga penilaian kita terhadap diri kita sendiri tidak sehat, cenderung melebihi fakta dan upah yang kita tuntut melampaui pekerjaan yang kita lakukan. Prestasi yang kita nilai sudah kita capai sebenarnya masih jauh dari standardNya.
Jadi serahkanlah segala sesuatu kepada Tuhan dan waktu Tuhan; jawaban, promosi, pertolongan, kesembuhan, upah dan sebagainya.
4.
Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu. (2 Korintus 5:13)
Ada 2 hal paradox yang luar biasa dalam hidup dan pelayanan Rasul Paulus. Ia tidak menentang pimpinan dan kehendak Roh Kudus. Ia tidak menguasai Roh Tuhan, tetapi mengijinkan Roh Kudus yang menguasainya. Ia tidak memakai pertimbangan-pertimbangan manusia dalam melayani (1 Kor 15:32a, Efesus 6:20).
Dalam pelayanan saya sering sebelum naik mimbar sudah diberi pesan kudus dari pemimpin jemaat: “Pak, jemaat di sini masih kanak-kanak.” Padahal saat itu saya akan naik mimbar pelayanan firman di ibadah umum hari Minggu bukan di Sekolah Minggu, ibadah remaja atau Kaum Muda. Dan yang hadir ibadah banyak yang sudah keriput dan ubanan. Kalau cuma ubanan bisa jadi karena pewarna rambutnya luntur. Ini jelas-jelas orang dewasa bahkan orang-orang tua, kenapa dikatakan kanak-kanak? Apa maksud si pemimpin bicara seperti itu?
Ternyata itu adalah batasan yang diberikan agar saya menyampaikan hal-hal umum saja, yang enak didengar, bisa diterima jemaat. Itu juga semacam koridor khotbah; jangan khotbah yang mengkoreksi, menegur apalagi yang menghardik dan membongkar dosa-dosa.
Pengetahuan Firman Tuhan bisa didapat dari bangku sekolah, membaca buku-buku rohani, dan menyelidiki Alkitab secara mendalam. Dan khotbah mereka mentransfer pengetahuan tentang Tuhan dan hukum-hukumnya.
Tetapi pewahyuan didapat dari kekariban dengan Tuhan. Orang-orang yang melayani dengan karunia-karunia roh tidak hanya mentransfer pengetahuan tentang Tuhan, tetapi lebih dalam lagi, yaitu pengenalan akan Tuhan dan kehendakNya. Pengetahuan perlu tetapi harus dilengkapi pengenalan pribadi akan Tuhan, agar tidak tidak terjebak hanya membebek apa kata orang lain.
Menguasai diri untuk tidak mengijinkan Roh Kudus beracara dengan pertimbangan kelanjutkan hidup organisasi, persembahan tidak terusik, jemaat tetap senang adalah jenis phobia, yang merupakan lawan kata dari philia. Ingat kasih philia ? Orang yang tidak punya kasih persaudaraan dalam melayani akan penuh dengan phobia: takut jemaat tersinggung, takut jemaat tidak datang lagi, takut jemaat pindah, takut persembahan menurun, takut pelayanan bubar dan segala macam ketakutan yang bukan dari roh Tuhan. Mereka takut kepada masalah, tetapi tidak takut kepada Tuhan. (Ini dibahas lebih detail di khotbah saya yang berjudul Pelajaran Dalam Badai).
Jemaat tidak diperlakukan sebagai saudara tetapi sebagai sapi perah, lembu sembelihan, daging kurban dan domba yang lezat.
5.
Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal. (Titus 2:6)
Orang muda terkenal dengan istilah darah muda: emosional, tidak berfikir panjang, tidak sabaran. Sedangkan kita harus menjadi dewasa di dalam Tuhan. Belajar bertindak hati-hati, tidak sembrono dalam tindakan dan perkataan. Berpikir ulang sebelum memutuskan sesuatu.
6.
Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. (1 Petrus 4:7)
Kesudahan di sini bukan berarti akhir jaman seperti yang sering disalah artikan. Tetapi kesudahan/akhir yang berbicara tentang suatu titik tujuan, goal, batas, maksud, kesimpulan, kata akhir, suatu kegiatan.
Jadi Tuhan sudah menetapkan suatu batas, point, goal harus kita capai dalam perjalan hidup kita. Suatu batas akhir dari pergumulan yang terjadi atas hidup kita. Suatu batas kesabaran dari dosa-dosa kita sebelum hukuman mulai terjadi.
Kita diajar untuk bisa menguasai diri, tidak dikuasai oleh kemarahan, kekecewaan, keputus-asaan dalam menunggu semuanya berakhir. Untuk segalanya ada waktu yang Dia sudah tetapkan.
Saya ingat tahun 2006 saya pernah bertanya kepada Tuhan, “Tuhan mengapa engkau tidak menghukum mereka?”, padahal korban sudah demikian banyak berjatuhan. Bahkan saya mendengar langsung para korban yang dimangsa bercerita kepada saya, bukan dari orang lain.
Tuhan menjawab; “Mereka belum keterlaluan.”
Bagi saya perbuatan mereka sudah sangat keterlaluan—kesaksian palsu, klaim bisa mengambil uang dari alam roh, merampas kekayaan penguasa laut selatan, pemerasan dengan mengatakan Tuhan bicara kepada mereka untuk menyuruh orang-orang tertentu agar memberikan mereka uang dengan jumlah yang fantastis dengan ancaman kalau tidak mereka lakukan, maka Tuhan akan hancurkan usaha mereka dalam sekejap.
Dua belas tahun setelah Tuhan mengatakan mereka belum keterlaluan, saya mulai melihat kesudahan mereka satu persatu. Batas sudah dilanggar dan tulah mulai turun.
Tenanglah dan tetaplah berdoa, apa yang ditabur orang itu juga yang akan dituainya. Mereka tidak bisa lari ketika masa menuai sudah tiba.
Tetaplah berdoa.
Opportunities are always lost when we let fear overrule our faith. – Charles F. Stanley
